... ranjau jaring ini mampu meledakkan kapal selam atau kapal fregat... "
Batang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Dua pemancing ikan di Batang, Jawa Tengah, menemukan ranjau laut aktif beberapa waktu lalu. Temuan itu disikapi serius personel Pangkalan TNI AL Tegal, disimpulkan sementara ranjau aktif itu "warisan" Perang Dunia II.
Komandan Pangkalan TNI AL Tegal, Letnan Kolonel Joko Triwanto, di Batang, Minggu, mengatakan, untuk mengantisipasi hal buruk maka lokasi penemuan ranjau itu dipasangi pembatas. Lokasi itu dinyatakan tertutup bagi umum.
"Kami menduga ranjau jaring ini mampu meledakkan kapal selam atau kapal fregat. Selain itu ranjau peninggalan Perang Dunia II yang terbawa gelombang tinggi," katanya.
Ia mengatakan, ranjau jaring yang diperkirakan berdiameter sekitar satu meter dengan nomor seri 967 dan berat sekitar 100 kilogram itu juga memiliki cincin kit untuk mengaitkan pemberat. Ranjau laut itu juga memiliki delapan "tanduk" sebagai picu peledaknya.
Secara sederhana, jika ada obyek padat yang menyentuh "tanduk" itu pada tekanan tertentu, maka ranjau laut itu kontan meledak.
"Kami menduga ranjau jaring yang ditemukan warga pada Sabtu malam masih aktif. Untuk memastikan. kami berkoordinasi dengan tim dari Komando Armada Indonesia Kawasan Timur di Surabaya," katanya.
Penemu ranjau, Didik (30) dan Baik (25), keduanya warga Kecamatan Batang itu, mengatakan, saat itu keduanya sedang memancing ikan di sekitar Pantai Sicepit, Kecamatan kandeman, Sabtu malam.
Namun, katanya, mereka melihat sebuah benda berwarna hitam kecoklatan mengapung tidak jauh dari tempat memancing.
Penasaran, mereka kemudian mendekati benda itu dan berusaha menaikkan ke daratan. Karena berat, keduanya tidak mampu sehingga hanya dibiarkan mengapung di pinggir pantai. Baru beberapa saat kemudian mereka melaporkan temuan itu Pos TNI Al setempat.
"Kami saat itu melihat benda mirip besi cor-coran mengapung di perairan. Akhirnya kami berusaha menaikkan benda tersebut ke daratan tapi tidak kuat karena beratnya," katanya. (*)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013