Yogyakarta (ANTARA News) - Komisi Nasional Perlindungan Anak bekerja sama dengan SOS Desa Taruna Indonesia menemukan fakta bahwa puluhan ribu anak korban gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) luput dari perhatian pemerintah."Hingga hari ke-12 pascagempa, tidak tersedia data anak-anak yang menjadi korban gempa, baik meninggal, luka berat, luka ringan maupun anak-anak yang kehilangan orang tua," kata Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi di Kepatihan, Yogyakarta, Rabu.Berdasarkan fakta yang terkumpul, kata Seto, gempa bumi tersebut mengakibatkan puluhan ribu anak menderita sakit, kedinginan, kelaparan, stres, trauma dan depresi."Namun sayangnya penderitaan anak-anak korban gempa yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah, hingga hari ke-12 terlupakan," ujarnya. Karena itu, menurut dia, pihaknya memberikan pelayanan dan perlindungan khusus kepada anak-anak yang menderita trauma akibat gempa dengan mendirikan guidance center di sejumlah lokasi, seperti Jalan Prangtritis, Kota Yogyakarta, Desa Bambanglipuro di Sleman dan Desa Prambanan di Klaten. Seto mengatakan, guidance center memfokuskan kegiatan pada program emergency respons anak-anak korban gempa yang mencakup kegiatan terapi psikososial dengan metode terapi bermain di tempat pengungsian serta sekolah darurat. Selain itu melakukan kegiatan layanan pemulihan trauma dan konseling anak korban gempa, mendata anak-anak yang menjadi korban gempa, melakukan pencarian dan penyatuan kembali anak yang terpisah dari keluarga. "Dalam situasi seperti ini, anak anak yang menjadi korban gempa butuh sentuhan secara fisik atau belaian kasih sayang," katanya. Komisi Nasional Perlindungan Anak serta SOS Desa Taruna Indonesia juga mendistribusikan kebutuhan dasar anak berupa makanan siap saji, susu, biskuit, air mineral dan pakaian. Ia menyayangkan penanganan korban gempa selama ini khususnya dalam penyediaan logistik masih berorientasi untuk orang dewasa. "Akibatnya anak-anak terpaksa meminta sumbangan dari pemakai jalan yang melintas kawasan terkena gempa," kata Seto.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006