Beijing (ANTARA) - BEIJING, 8 Mei (Xinhua) -- China telah mengirim sinyal yang jelas untuk beradaptasi dengan tatanan normal baru dalam demografinya sebagai upaya mendorong modernisasi dengan meningkatkan kualitas populasinya secara keseluruhan.

Menurut pertemuan Komisi Sentral Urusan Keuangan dan Ekonomi yang diadakan pekan lalu, saat ini China mengalami tren penurunan angka kelahiran, penuaan populasi, dan diferensiasi pertumbuhan penduduk regional.

Data resmi terbaru menunjukkan bahwa populasi China mencapai 1,41175 miliar jiwa per akhir 2022, turun 850.000 dari angka yang tercatat pada akhir 2021.

"Penurunan tipis dalam jumlah populasi dan masyarakat yang semakin menua tidak dapat dihindari selama pembangunan ekonomi dan sosial," kata He Dan, Kepala Pusat Penelitian Populasi dan Pembangunan China.

Meski demikian, pasokan tenaga kerja China tetap kaya, mengingat populasinya berjumlah lebih dari 1,4 miliar jiwa. Selain itu, populasi usia kerja di negara itu mendekati 900 juta jiwa, dan tambahan 15 juta warga bergabung dengan angkatan kerja setiap tahunnya.

Pada saat yang sama, dividen talenta China, sebagai hasil dari input pendidikan yang lebih besar, mengalami pertumbuhan. Lebih dari 240 juta orang di China telah mengenyam pendidikan tinggi. Jumlah staf penelitian dan pengembangan di China menempati urutan teratas di dunia.

Guna memajukan modernisasi China, pertemuan yang digelar pekan lalu itu menyebutkan bahwa China harus mempercepat pengembangan sumber daya manusia modern dengan kualitas yang baik, kuantitas yang cukup, struktur yang optimal, dan distribusi yang proporsional.

Selama beberapa tahun terakhir, pendidikan terbukti menjadi jalur penting untuk meningkatkan kualitas populasi China dan telah menciptakan dividen talenta yang terus meningkat.

Menurut pertemuan tersebut, China akan menjadikan pembangunan kekuatan pendidikan sebagai proyek strategis, dan secara komprehensif meningkatkan level literasi ilmiah dan budaya, kesehatan, intelektual, dan moral rakyat China.

Untuk merespons penuaan populasi, Lu Ming, seorang profesor di Universitas Jiao Tong Shanghai, mengatakan bahwa negara dapat memanfaatkan pengalaman dan kebijaksanaan yang dimiliki warga lanjut usia (lansia).

Di kalangan warga lansia China yang berusia 60 tahun ke atas, sekitar separuhnya berusia antara 60 dan 69 tahun, menurut Lu. Banyak di antara mereka memiliki kelebihan dalam hal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dengan kondisi kesehatan yang masih baik, tambah Lu. Mereka dapat terus memberikan kontribusi kepada masyarakat secara sukarela.

Seraya menyoroti upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, Hu Zuquan, seorang peneliti di Pusat Informasi Negara China, menekankan perlunya menjaga keamanan penduduk.

Pertemuan pada pekan lalu itu menggarisbawahi lebih banyak upaya untuk mempertahankan angka kelahiran dan skala populasi yang proporsional. China akan mengembangkan layanan pengasuhan anak inklusif, mengurangi beban keluarga dalam melahirkan dan mengasuh anak serta pendidikan, dan juga mendorong pembangunan masyarakat yang ramah terhadap pengasuhan anak, menurut pertemuan tersebut.


Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023