Jakarta (ANTARA) - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) meluncurkan program Activistpreneur untuk mendukung pemuda menjadi produsen dengan berwirausaha agar tak sebatas menjadi konsumen.
"Kalau konsep wirausaha (entrepreneurship) tidak dikenalkan pada pemuda, dikhawatirkan kita hanya menjadi penonton di negara kita sendiri, dan yang menikmati orang lain," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) KNPI Muhammad Ryano Panjaitan saat ditemui di acara peluncuran Activistpreneur Go-Digital di Roemah Pemoeda, Kramat, Jakarta Pusat, Senin.
Ryano memaparkan, saat ini persentase pengusaha di Indonesia hanya 3.4 persen, bahkan dari kalangan milenial hanya 1,65 persen, sedangkan di negara maju sudah 12-15 persen.
Dia juga menyampaikan, ada dua Visi jangka panjang Activistpreneur. Pertama, meningkatkan persentase entrepreneur di Indonesia, sehingga tidak jadi penonton atau pekerja saja di Negara sendiri. Kedua, mendorong agar aktivis dapat mandiri secara ekonomi, sehingga tidak akan terjebak di politik praktis.
"Teman-teman aktivis luar biasa cerdas, jaringan kuat, idealisme untuk negara tak usah ditanya lagi, tapi masih banyak teman-teman aktivis yang belum mandiri secara ekonomi, akhirnya yang dikhawatirkan kalau belum mandiri bisa terjebak dalam politik praktis, pragmatis, transaksional, untuk itu mereka harus dikenalkan dengan entrepreneurship," tutur Ryano.
Dia juga mengatakan, saat ini Indonesia sudah mulai banyak program hilirisasi, artinya memproduksi bahan menjadi barang bernilai jual tinggi, tak hanya sekedar bahan mentah saja yang diekspor.
"Yang daftar (Activistpreneur) sudah banyak, dan sudah jalan beberapa, contoh di NTB, mereka lagi kembangkan wine halal, karena punya program wisata yang bekerja sama dengan Timor Tengah, wine tanpa fermentasi ini akan diekspor kesana," katanya.
Selain itu, Dia juga menyampaikan bahwa pelaku UMKM di Sulawesi Tenggara dan Jabodetabek sudah bergerak memproduksi dan menjual hasil kreativitasnya.
"Di Sultra waktu kesulitan minyak goreng, dikembangkan minyak kelapa untuk digunakan jadi minyak goreng, dan itu memberdayakan masyarakat, di sini (Jabodetabek) sudah ada produk-produk pakaian, sepatu, souvenir, percetakan, bahkan dari teman-teman entertainment sudah bikin production house sendiri," ungkapnya.
Sebagai wadah berhimpun, Activistpreneur sebagai fasilitator akan mendudukkan para investor, regulator, dan intelektual untuk memberikan pengalaman keilmuan mengenai entrepreneur.
"Nanti kita akan ajarkan manajemen keuangan, manajemen waktu, ada investor juga yang akan membukakan relasi (link) untuk teman-teman, baik yang sudah punya maupun belum punya usaha, nah bagi yang belum punya ini akan diberi juga dasar-dasar bagaimana membuka bisnis sendiri," ujar Dia.
Ia juga mengatakan, visi Activistpreneur akan diturunkan menjadi tiga program. Pertama, yang diluncurkan hari ini, Activistpreneur Go-Digital, memanfaatkan dunia digital untuk hal-hal positif dan bermanfaat, juga bisa memberi keuntungan bagi pemuda.
Kedua, scale up, yakni menaikkan skala UMKM melalui advokasi dan pendampingan. Ketiga, Inkubator, yakni menginkubasi UMKM dengan memasifkan skala penjualan, dan memberikan pelatihan atau training of trainer (TOT) untuk wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2023