Tantangan besarnya bagaimana menggabungkan keahlian intelijen digital dengan kekuatan tradisional intelijen negara dalam teknologi dan sains.
Jakarta (ANTARA) - Kekuatan dunia maya dan ancaman yang muncul di dalamnya telah mengubah mekanisme kerja intelijen. Bahaya keamanan nasional begitu nyata.
Lembaga intelijen negara perlu mendesain ulang dalam menghadapi ancaman yang muncul di domain digital, dengan memanfaatkan kemampuan baru tersebut untuk keunggulan operasional dan wawasan analitik.
Intelijen negara adalah institusi pertama yang perlu menanggapi peluang dan tantangan yang disajikan oleh teknologi baru dan ekosistem digital yang terus berubah. Spionase terjadi di mana-mana, artificial intelligence baru bermunculan, kampanye disinformasi yang semakin canggih, serta kapasitas aliran data yang berlipat ganda setiap 2 tahun.
Intelijen adalah seni tentang membaca kemungkinan atau probabilitas ancaman yang diprediksi. Para musuh tak segan mengambil apa pun yang dibutuhkan dari negara lain, minimal untuk mempertahankan atau meningkatkan peran mereka dalam peta global.
Negara asing telah memanfaatkan dunia maya mereka untuk mencuri informasi, memengaruhi populasi asing, dan mengancam industri swasta dengan infrastruktur fisik dan digital sebagai target favorit. Analisis data dan kemampuan kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh negara-negara otokrasi untuk memantau dan mengontrol masyarakat mereka sendiri sekarang telah bertransformasi menjadi anak panah yang menargetkan negara-negara lain, seperti Indonesia.
Kita harus tahu bahwa meskipun teknologi internet berkembang pesat, Amerika Serikat, China, Rusia, Iran, dan Korea Utara tetap menjadi pelakon utama di kancah global. Negara-negara itu telah secara maju mengembangkan model spionase dan serangan di dunia maya. Berbagai serangan ransomware akhir-akhir ini, dengan memonetisasi tampaklah itu seperti aksi kelompok kriminal internasional, tapi sesungguhnya itu serangan intelijen. Badan-badan intelijen negara telah berinovasi.
Selain arena bertarung, dunia maya telah menjadi wilayah politik global untuk berebut pengaruh, berstrategi, dan secara lambat laun mengubah geopolitik. Hal ini terlihat jelas, bagaimana China, Rusia, Iran, dan AS menciptakan media-media pinggiran, konten Youtube dan media baru lainnya yang pada intinya saling menyerang satu sama lain. Operasi untuk memengaruhi opini publik gencar dilakukan.
Kita bisa lihat, bagaimana propaganda itu dilakukan di dunia maya ketika Rusia dan Korea Selatan selalu memamerkan persenjataan terbarunya, daya jangkau, dan daya hancurnya kepada publik. Kita juga melihat bagaimana propaganda saling serang di dunia maya antara AS-China dalam sengketa Laut China Selatan dan perang dagang Huawei.
Setidaknya, kita dapat mengambil pelajaran, jika ingin sukses dalam dunia seni kemungkinan ini, intelijen negara membutuhkan kreativitas, kecerdikan, tekad, dan optimisme.
Intelijen di era transformasi digital ini adalah perpaduan multidisiplin: serangan dunia maya, pertahanan digital, pengumpulan sumber terbuka, ilmu data, AI, dan teknologi informasi. Kesemuanya itu penting untuk meningkatkan sistem deteksi dini intelijen negara.
Adalah penting bagi intelijen negara untuk memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan operasi manusia, teknis, dan digital dalam skala besar dalam rangka mempertahankan atau melawan serangan musuh secara cepat. Untuk mewujudkannya, intelijen negara dituntut untuk meningkatkan ketajaman digital seluruh SDM-nya. Sudah seharusnya intelijen negara mulai mengintegrasikan kemampuan digital pada seluruh misi yang dijalankan secara inovatif.
Pada Pemilu 2024, sangat mungkin dijadikan sebagai ladang untuk melancarkan aksi gangguan dan ancaman terhadap keamanan nasional. Provokasi kebencian terhadap negara dan provokasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan antar-anak bangsa dapat muncul di mana-mana. Tak menutup kemungkinan, ransomware yang menjadi tren belakangan ini, juga akan menyasar sektor-sektor penting di dunia maya nasional.
Inovasi intelijen digital diharapkan mampu mengantisipasi itu semua sebelum terjadi. Tantangan besarnya adalah bagaimana menggabungkan keahlian intelijen digital dengan kekuatan tradisional intelijen negara dalam teknologi dan sains.
Meski saat ini intelijen negara memiliki Kedeputian Bidang Intelijen Siber, tantangan masa depan membutuhkan lebih dari itu, yaitu inovasi-inovasi baru yang lebih terstruktur, cepat, dan sistematis. Keterlibatan berbagai pihak tak bisa ditolak lagi.
Dalam lanskap digital, ledakan data di dunia spionase sangat besar dan saling terhubung satu sama lain. Belum lagi gempuran ancaman dunia maya yang kita hadapi dari pihak-pihak yang bermusuhan. Bagaimana intelijen negara seharusnya merespons hal tersebut. Itulah yang namanya inovasi digital.
Tantangan yang akan kita hadapi pada masa yang akan datang sangat berat, tetapi dengan pendekatan kemitraan seluruh bangsa lebih erat, kita semua dapat mempertahankan keamanan nasional dari musuh yang ingin merugikan kita.
Inovasi adalah sebuah proses, bukan sebuah akhir peristiwa. Tidak ada garis finis. Akhir dari setiap proses inovasi menandakan awal dari jalur yang belum dipetakan untuk inovasi berikutnya. Proses yang tiada henti ini membutuhkan kolaborasi dan keterbukaan dari badan intelijen itu sendiri.
Negara-negara asing telah mempersiapkan intelijen digitalnya secara inovatif. Badan intelijen AS, telah membentuk struktur inovasi digital sejak 8 tahun lalu. China dan juga negara lain telah menyusun strategi digital berjaring.
Sementara ini, situasi dalam negeri kita sendiri masih membutuhkan kerangka kebijakan yang dapat menjangkau serangan dunia maya.
Tren yang terjadi saat ini adalah pelemahan ekonomi dengan penyerangan objek digital pendukung infrastruktur ekonomi nasional. Karena itu kewaspadaan nasional dalam inovasi intelijen digital yang dimotori oleh badan intelijen harus segera dikembangkan.
Ke depan, dengan ditopang SDM intelijen unggul, berkarakter nasionalis, dan menguasai teknologi merupakan kunci menuju Indonesia Emas 2045. Tentu saja dalam kerangka kerja intelijen untuk mewujudkan ketahanan nasional serta menjaga kepentingan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dirgahayu Badan Intelijen Negara, 7 Mei 2023 Velox Et Exatus, tetap 'Setia, Loyal, Solid, Semangat'.
* Ngasiman Djoyonegoro adalah pengamat intelijen dan keamanan
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023