Petenis Belarus, yang sukses membalas dendam atas kekalahan dari rivalnya asal Polandia di final Stuttgart dua pekan lalu, itu dengan kemenangan mendebarkan berhasil mengakhiri rentetan sembilan kemenangan beruntun Swiatek yang bersiap mempertahankan gelar French Open.
Swiatek, pemenang dua kali di Roland Garros, berjuang untuk kembali fokus ke pertandingan setelah awal yang agresif dari Sabalenka. Namun, unggulan kedua itu bangkit dengan kuat pada set ketiga untuk memenangi final WTA 1000 pertama yang menampilkan dua petenis peringkat teratas sejak 2014.
Sabalenka meraih gelar ke-13 dalam kariernya, dan gelar keduanya di lapangan tanah liat dalam waktu dua jam 25 menit.
Baca juga: Sabalenka amankan tempat di final Madrid Open
"Saya sangat senang dengan kemenangan ini, terutama melawan Iga di lapangan tanah liat, itu selalu merupakan pertandingan yang sulit melawannya," kata Sabalenka, seperti disiarkan AFP, Minggu.
Juara Australian Open itu memulai dengan intensitas tinggi dalam servis dan forehandnya. Sabalenka mendapatkan dua break point tetapi Swiatek terlalu kuat sehingga bertahan 3-3.
Dia melakukan hal yang sama lagi pada servis Swiatek berikutnya untuk mendapatkan break dengan memimpin 5-3.
Juara Madrid Open tahun 2021 itu berhasil merebut set pertama, untuk pertama kalinya saat melawan Swiatek di lapangan, setelah kalah dalam dua set langsung dalam tiga pertandingan tanah liat sebelumnya.
Swiatek, yang gagal mendapatkan break point pada set pembuka, mengonversi angka untuk memimpin 2-0 pada set kedua.
Baca juga: Alcaraz rayakan ulang tahun ke-20 dengan capai final Madrid Open
Petenis nomor satu dunia itu bangkit untuk menunjukkan kehebatannya di lapangan tanah liat.
Namun saat tertinggal 1-3, Sabalenka yang tak henti-hentinya mendapatkan empat break point, kembali melakukan servis dengan keras. Tetapi, Swiatek mampu menyelamatkan dua break point untuk bertahan.
Swiatek menunjukkan permainan defensifnya yang baik saat dia mematahkan lagi servis Sabalenka untuk 5-3, dan melakukan servis untuk memaksa set ketiga yang menentukan.
Sabalenka melakukan break untuk unggul 2-0. Swiatek membalas tetapi Sabalenka melakukan lagi untuk memimpin 5-3, dan akhirnya menang.
"Selamat Aryna untuk pertandingan yang luar biasa, Anda memainkan tenis yang intens dan setiap pertandingan adalah tantangan, jadi selamat, Anda pantas mendapatkannya," kata Swiatek.
Petenis nomor satu dunia itu menyoroti jadwal penyelenggara turnamen yang membuatnya harus menjalani pertandingan larut malam selama sepekan terakhir, beberapa di antaranya berakhir hingga dini hari.
"Tapi tidak menyenangkan bermain jam 1 pagi," ujar Swiatek.
"Meski begitu saya senang, saya bisa melewati pengalaman ini dan bertahan dan berada di final."
Di final putra, yang akan berlangsung Minggu, favorit tuan rumah dan peringkat dua dunia Carlos Alcaraz bertekad untuk mempertahankan gelarnya melawan petenis Jerman Jan-Lennard Struff.
Baca juga: Tim tenis putra Indonesia awali SEA Games Kamboja dengan kalahkan Laos
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2023