Gowa (ANTARA) - Produksi kopi petani binaan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan (TPH Bun Sulsel) di Topidi, Kabupaten Gowa menembus pasar Australia.
"Kopi jenis Arabika ini sudah kami kembangkan sejak 2016 dan akhirnya produksinya sudah menembus pasar Australia," kata Ketua Kelompok Petani Kopi Paramaha, Halim di Kelurahan Bonto Lerung (Topidi), Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulsel, Sabtu.
Dia mengatakan, rata-rata per panen sudah dapat memproduksi sekitar tiga ton untuk diekspor ke Australia.
Sementara biaya produksinya, lanjut dia, tergantung dari luas areal tanaman kopi yang dikembangkan oleh petani setempat.
Khusus di satu dusun ini, dia mengatakan, terdapat sekitar 50 orang petani yang mengembangkan tanaman kopi khas dataran tinggi yang dikenal dengan nama kopi Topidi.
Untuk kelompok tani yang dipimpinnya sendiri mengembangkan areal tanaman kopi seluas 27 hektare dengan 25 orang anggota.
Dari hasil pengembangan kopi tersebut, kini petani yang bermukim di dataran tinggi di atas lokasi wisata Malino ini, sudah semakin meningkat tingkat kesejahteraannya.
Apalagi jenis kopi dan kelolaan dari kopi Topidi ini sudah mendapatkan penghargaan "Cup of Excellence" untuk kategori proses "washed" dan proses "natural".
Hal tersebut dibenarkan Lurah Bonto Lerung, Daeng Kio.
Menurut dia, pengembangan dan proses produksi kopi yang memakan waktu cukup lama untuk mendapatkan produksi yang berkualitas dan diakui dunia memang membutuhkan kesabaran dan telaten menjalaninya.
Pemprov Sulsel melalui Dinas TPH dan Perkebunan Provinsi Sulsel telah mengalokasikan bantuan bibit kopi untuk lahan seluas 25 Hektare untuk pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Gowa dengan anggaran kurang lebih Rp4,3 miliar melalui APBD Pemerintah Provinsi Sulsel 2022.
Baca juga: Kopi Topidi wakili Indonesia masuk 36 event kopi terbaik dunia
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023