Saat ini, kami tidak dapat mengatakan kapan, bagaimana dan di mana presiden dapat diambil sumpahnya,"
Caracas (ANTARA News) - Mahkamah Agung Venezuela mengesahkan penundaan upacara pelantikan Hugo Chavez pada Rabu dan memutuskan bahwa presiden yang sedang terkena penyakit kanker itu tetap menjadi pemimpin negara.

Pemimpin berhaluan sosialis berusia 58 tahun itu tidak pernah tampil di depan publik ataupun terdengar kabarnya dalam hampir satu bulan terakhir setelah melakukan operasi di Kuba.

Pihak pemerintah mengatakan bahwa Chavez sedang berada dalam kondisi lemah dan tidak dapat menghadiri upacara pengambilan sumpah kepresidenan untuk periode enam tahun ke depan yang dijadwalkan berlangsung Kamis.

"Saat ini, kami tidak dapat mengatakan kapan, bagaimana dan di mana presiden dapat diambil sumpahnya," kata Ketua Mahkamah Agung Luisa Morales dalam konferensi pers yang dikutip Reuters.

"Karena presiden sudah terpilih kembali maka tidak akan ada pengalihan tanggung jawab di tengah periode kepemimpinan ... Upacara pelantikan dapat dilaksanakan pada hari yang lain di bawah Mahkamah Agung," kata Morales.

Keputusan tersebut secara tidak langsung merupakan penolakan atas permohonan kelompok oposisi yang menginginkan penunjukan presiden sementara jika Chavez tidak dapat diambil sumpahnya pada hari inagurasi.

Pejabat pemerintahan bersikeras bahwa Chaves masih bisa melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin negara, meskipun Chavez saat ini sedang menderita komplikasi setelah operasi kanker, termasuk di antaranya adalah infeksi paru-paru dan kesulitan bernafas.

Operasi di Kuba tersebut adalah yang keempat kali sejak Chavez didiagnosis terkena kanker -- yang dirahasiakan jenisnya -- pada Juni 2011.

Pemerintah sebelumnya menyerukan demonstrasi besar-besaran di luar istana kepresidenan pada Kamis untuk mendukung Chaves.

Selain itu, Presiden Uruguay Jose Mujica dan Presiden Bolivia Evo Morales telah memastikan untuk datang ke Venezuela pada hari itu meskipun Chavez tidak bisa hadir.

Mundurnya presiden diperkirakan dapat memicu krisis politik di negara kaya minyak tersebut. Mantan kolonel sangat populer di kalangan masyarakat miskin karena program-program sosialnya.

Di sisi lain, kelompok oposisi menyebut Chavez sebagai otokrat yang memboroskan jutaan uang negara dari penjualan minyak dan di saat bersamaan mengorbankan independensi institusi-institusi negara.

(G005/M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013