“Eksposur sektor jasa keuangan kepada pembiayaan hijau juga terus didorong untuk lebih ekspansif lagi. Hingga akhir 2022, OJK mencatat green bond yang sudah terbit di pasar domestik mencapai Rp15,4 triliun,” kata Mahendra dalam konferensi pers daring, Jumat.
Sementara itu, dalam kerangka blended finance, platform SDG Indonesia One telah menghimpun komitmen pendanaan maupun fasilitas lain senilai 3,26 miliar dolar AS per akhir Maret 2023 yang melibatkan partisipasi sejumlah institusi perbankan.
Kredit dengan total senilai Rp728,9 triliun juga telah disalurkan sebagai pembiayaan hijau, senilai Rp1,28 triliun disalurkan untuk pembiayaan kendaraan listrik, dan senilai Rp28,9 triliun untuk membiayai proyek terkait energi baru dan terbarukan (EBT).
“Kami sampaikan bahwa OJK secara aktif menyampaikan pentingnya terus mendukung transisi energi secara bertahap, khususnya penghentian secara bertahap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara atau pensiun dini PLTU,” katanya.
Terkait taksonomi hijau yang diterbitkan tahun lalu, OJK telah melakukan pilot project implementasi taksonomi hijau perbankan di Indonesia yang diharapkan dapat mendorong pemahaman industri jasa keuangan terhadap taksonomi hijau.
Ke depan proyek pilot tersebut akan diperluas dengan melibatkan instrumen perbankan lainnya guna mendorong perbankan membiayai proyek hijau, termasuk mendanai transisi energi, guna menurunkan emisi karbon.
“OJK juga menyiapkan penyelenggaraan bursa karbon yang pasti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya alternatif dari pembiayaan untuk pensiun dini PLTU maupun pengadaan EBT. Menurut rencana, operasionalisasi bursa karbon akan dilaksanakan pada paruh kedua tahun ini,” katanya.
Baca juga: Bappenas: Akselerasi ekonomi hijau perlu kolaborasi dengan pebisnis
Baca juga: Bank Mandiri berkomitmen penuhi 21-23 persen pembiayaan hijau RI
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023