Singapura (ANTARA) - Saham Asia menguat pada awal perdagangan Jumat, sementara dolar melemah dan emas melayang di sekitar rekor tertinggi karena investor yang gelisah tentang sektor perbankan AS menyusul kehancuran saham pemberi pinjaman regional.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,44 persen dan berada di jalur untuk menghentikan penurunan beruntun dua minggunya. Jepang masih tutup untuk liburan, sementara indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,06 persen.
Saham China dibuka menguat dengan indeks saham unggulan CSI 300 naik 0,21 persen, sementara indeks Hang Seng Hong Kong terangkat 0,6 persen, membantu mengangkat saham kawasan itu.
Aktivitas jasa-jasa China tumbuh selama empat bulan berturut-turut pada April, sebuah survei sektor swasta menunjukkan pada Jumat, bisnis terus mendapat manfaat dari pembukaan kembali negara tersebut, meskipun ekspansi sedikit melambat.
Pariwisata negara itu pulih ke level sebelum COVID dalam lima hari liburan May Day karena perjalanan domestik meningkat lebih dari dua pertiga dari tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan.
Wall Street berakhir lebih rendah pada Kamis (4/5) setelah langkah PacWest Bancorp yang berbasis di Los Angeles untuk mengeksplorasi opsi strategis memperdalam kekhawatiran tentang kesehatan pemberi pinjaman AS, sehingga tekanan meningkat pada regulator untuk mengambil lebih banyak langkah guna menopang sektor perbankan negara itu.
Saham bank-bank regional AS merosot minggu ini setelah ambruknya First Republic Bank pada akhir pekan yang menimbulkan kembali kekhawatiran akan krisis sektor keuangan.
"Pasca kenaikan suku bunga pada Rabu (3/5), perkembangan sektor perbankan telah menambah keyakinan tidak hanya bahwa Fed telah melakukan pengetatan, tetapi juga bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebelum akhir tahun dan lebih agresif dari perkiraan sebelumnya," kata Ray Attrill, Kepala Strategi Valas di National Australia Bank.
Federal Reserve pada Rabu (3/5) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi mengisyaratkan bahwa siklus kenaikan maratonnya mungkin akan berakhir.
Pasar memperkirakan Fed akan bertahan pada pertemuan berikutnya Juni tetapi mengharapkan penurunan suku bunga mulai Juli, menurut alat CME FedWatch.
Perhatian investor juga akan tertuju pada data penggajian nonpertanian April. Ahli strategi Saxo Markets mengatakan laporan itu akan digunakan untuk mengukur langkah Fed selanjutnya, apakah itu jeda, atau mengarah pada beberapa "penguatan kebijakan tambahan".
"Perlu ditekankan ada banyak data antara sekarang dan pertemuan Fed 14 Juni, dengan apa yang terjadi di sektor perbankan menjadi lebih penting saat ini," kata mereka.
Di Eropa, Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen pada Kamis (4/5) dan mengisyaratkan bahwa pengetatan lebih lanjut diperlukan untuk menjinakkan inflasi.
Setelah menaikkan suku bunga paling banyak dalam 25 tahun sejarahnya, ECB, bank sentral untuk 20 negara yang berbagi mata uang euro, memoderasi laju pengetatan kebijakan moneter mengingat data menunjukkan ekonomi zona euro hampir tidak tumbuh dan bahwa bank-bank mematikan keran kredit.
Nick Rees, analis pasar valas di Monex Europe, mengatakan jelas bahwa ECB sekarang berada dalam posisi aman ketika menyangkut pengetatan moneter, meskipun Presiden ECB Christine Lagarde berupaya untuk mengarahkan pasar menjauh dari narasi ini.
Baca juga: Pasar saham gamang tentang perubahan arah Fed dan sektor perbankan
Baca juga: Saham Asia dibuka melemah, fokus ke pertemuan Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023