Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak konsultan infeksi dan penyakit tropik Dr dr Raihan Sp.A mengatakan anak di atas usia satu tahun harus melengkapi imunisasi penguat atau Imunisasi booster agar tidak terkena penyakit menular seperti TBC, polio, difteri hingga tetanus ataupun rubella.
Baca juga: IDAI: Kesehatan anak-anak bukan hal yang bisa dinegosiasikan
“Jadi kita tidak lagi berbicara di bawah satu tahun harus lengkap, Tetapi juga ada namanya Imunisasi booster penguatan yang setelah satu tahun juga harus dilengkapi, kalau misalnya terlambat Itu harus dilakukan,” katanya dalam diskusi daring mengenai imunisasi, Kamis.
Dokter dari RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh itu mengatakan pada kelompok anak yang tidak sakit namun tidak diimunisasi maka dalam waktu cepat anak-anak tersebut akan tertular penyakit karena tidak memiliki imunitas. Dia mengingatkan, angka kejadian yang meningkat bisa menjadi wabah.
Raihan mengatakan salah satu penyakit menular yang mengintai anak adalah tuberkulosis atau TBC. Tuberkulosis tidak hanya terjadi pada batuk, bahkan bisa menyerang organ lain seperti sendi atau tulang belakang. Penularan juga sering kali terjadi di dalam rumah dari orang dewasa kepada anak, sehingga anak perlu diberi perlindungan dengan imunisasi BCG.
Baca juga: WHO luncurkan kampanye "Big Catch-up" untuk vaksinasi anak
“Jadi kita jangan hanya berpikir bahwa Anak tersebut ancamannya di luar rumah, bahkan orang-orang terdekat yang dicintainya di dalam rumah bisa menjadi sumber penularan kepada anak, sehingga perlu dilindungi dengan imunisasi yang kita sebut dengan imunisasi BCG,” ucap Raihan.
Selain itu, TB juga bisa terjadi di usus yang menyebabkan usus menjadi lengket dan bisa bocor. Dan komplikasi yang lebih berat adalah TB bisa menyerang selaput otak dan membuat anak mengalami kemunduran kepintaran dan tidak bisa kembali seperti sedia kala.
Selain tuberkulosis, hepatitis B juga menjadi perhatian khususnya pada anak baru lahir, karena anak yang terinfeksi dengan hepatitis B akan mengalami kanker hati pada 10 sampai 20 tahun kemudian.
“Karena banyak sekali kematiannya dan 80-99 persen tidak ada gejala, inilah kenapa sebabnya ada program dalam 24 jam pertama setelah kelahiran harus diberikan hepatitis B,” kata dokter yang menempuh pendidikan doktor di Universitas Padjajaran Bandung itu.
Di samping itu, penyakit menular lainnya yang dapat menjangkiti anak yang tidak melakukan imunisasi seperti penularan polio yang terjadi karena Virus polio masuk ke dalam tubuh anak tersebut melalui makanan atau air yang tercemar sehingga menyebabkan kelumpuhan.
Baca juga: Orang tua diimbau lengkapi anak imunisasi dasar, demi SDM berkualitas
Ada juga penyakit difteri, campak dengan komplikasi serius hingga rubella dan tetanus yang dapat menyebabkan patah tulang atau fraktur.
Raihan mengatakan orang tua banyak yang tidak memenuhi imunisasi anak dan tidak sadar dengan penyakit-penyakit berbahaya tersebut sehingga saat melakukan perawatan sudah dalam kondisi yang parah.
“Orang tua Biasanya baru sadar pada saat melihat anaknya harus dirawat berhari-hari, jadi bukan hanya 2 hari anaknya demam seperti setelah imunisasi tetapi efek demam yang dirasakan anaknya tidak sebanding apabila anak tersebut tidak imunisasi dan kemudian terserang dengan penyakit,” tegasnya.
Dia juga mengingatkan bahwa imunisasi merupakan investasi masa depan anak dan melengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal dan jumlah dosis yang diberikan dapat memberikan kekebalan yang optimal kepada anak sehingga anak dan keluarga terlindungi.
Baca juga: Kemenkes: 4.928 anak di Jawa Barat telah diimunisasi difteri
Baca juga: Diskes Pekanbaru sasar 95 ribu anak untuk imunisasi polio
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023