Kalau kita ingin jaga kelestarian (hutan-red) mari kita pikirkan saudara kita yang ada ditempat itu, kita harus pikirkan lantas apa mata pencahariannya, pendapatan dari mana agar dapurnya mengepul sumbernya apa, itu yang menjadi kebijakan kita,"
Cianjur (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan upaya mengatasi pembalakan liar dilakukan dengan pendekatan kesejahteraan, khususnya bagi masyarakat di sekitar hutan.
"Kalau kita ingin jaga kelestarian (hutan-red) mari kita pikirkan saudara kita yang ada ditempat itu, kita harus pikirkan lantas apa mata pencahariannya, pendapatan dari mana agar dapurnya mengepul sumbernya apa, itu yang menjadi kebijakan kita," kata Presiden saat bersilaturahmi dengan masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pengrango, Kabupaten Cianjur, Jabar, Selasa.
Kepala Negara menghargai prakarsa institusi atau lembaga yang mencanangkan program pemberdayaan masyarakat di sekitar taman nasional dalam upaya mengembalikan jumlah pepohonan di wilayah tersebut.
"Saya juga menginstruksikan pada seluruh gubernur, wali kota, bupati, bila dilarang menebang pohon tolong pikirkan kehidupannya," kata Presiden.
Silaturahmi dengan warga masyarakat itu berlangsung di Kampung Sarongge Desa Ciputri, Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, Jabar.
Presiden didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono beserta rombongan berjalan kaki sekitar 2 km melalui jalan setapak yang berupa tanah untuk tiba di lokasi.
Kawasan Sarongge menjadi pilihan karena di kawasan itu sudah digulirkan program adopsi pohon yang telah bergulir sejak 2008 yang melibatkan masyarakat untuk menanam kembali di kawasan hutan yang rusak, gundul dan kritis di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Melalui program adopsi pohon di Sarongge sudah di tanam 23.000 pohon di antaranya jenis Puspa, Mangli, Rasamala dan Suren.
Data dari Kementerian Kehutanan, sebagian kebun sayur yang ada di Taman Nasional sudah pulih kembali menjadi hutan. Dari 155 keluarga tani yang menggarap hutan tersebut kini sudah 51 keluarga yang berhasil dengan alternatif usaha mata pencaharian baru dengan penghasilan yang baik.
Sejumlah 104 keluarga lainnya masih dalam pembinaan untuk dapat mau dan mampu bermata pencaharian baru sebagai sumber pendapatan pengganti.
Petani yang merawat hutan mendapat insentif ekonomi yang cukup dengan beternak kambing dan kelici di luar kawasan taman nasional.
Setiap bulan Sarongge memproduksi 1.000 ekor kelinci. Begitu juga dengan kambing dari induk 40 ekor, sekarang sudah mencapai lebih dari 200 ekor. Para petani bekas penggarap lahan taman nasional itu, sekarang sedang mencoba industri rumah tangga untuk memproduksi sabun dengan pewangi sereh, dan juga sebagai pemandu wisata alam.
Selain aktif mendorong pengembangan ekonomi alternatif, program adopsi pohon juga membantu pengembangan infrastruktur, misalnya 60 keluarga di tepi hutan kini mendapat aliran listrik bertenaga surya, meski hanya untuk penerangan.
Presiden dan Ibu Negara akan menanam pohon Rasamala dan Ki Hujan sebagai bagian dari keikutsertaan dalam program adopsi pohon ini.
(P008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013