Lima (ANTARA News) - Alan Garcia menang dalam pemilihan umum Presiden Peru mencapai 53,53 % suara, dan memimpin tujuh persen atas Ollanta Humala, kata hasil resmi penghitungan 91 persen suara yang diumumkan Senin.Garcia mengumupulkan 53,53 persen suara dalam pemilihan umum hari Minggu itu, sementara Humala mendapatkan 46,47 persen suara.Pemilihan umum itu menandai kembalinya Garcia, yang namanya rusak bertahun-tahun sesudah pemerintahannya pada 1985 hingga 1990 membawa Peru ke kehancuran ekonomi.Pada saat sama, Humalla dinilai rakyatnya mencerminkan ketidakpuasan masyarakat luas terhadap kemapanan dan ada persepsi politik bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini tidak menetes ke jutaan orang Peru, yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam kampanyenya, Humalla yang mantan perwira tinggi militer tersebut menggambarkan dirinya sebagai pahlawan kaum miskin dan penduduk asli, serta menjanjikan pembagian kembali kekayaan negara kepada rakyat.Sementara itu, Garcia dianggap menandai kembalinya ke pemerintahan setelah meninggalkan tampuk kekuasaan pada 1980 dalam krisis ekonomi, maraknya pemberontakann dan tuduhan melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Hasil pemilihan umum Peru tersebut akan memberikan warna lain di antara negara Amerika Selatan, yang sebagian besar pemenang dalam pemilihan presidennya adalah calon dari kelompok anti-Amerika Serikat (AS).Saat posisi 77 % suara sementara sebelumnya, Gracia --yang menyatakan diri sosok demokrat kiri-tengah-- meraup dukungan 55 %, dan Humala --yang mewakili kelompok menengah bawah-- diperkirakan memperoleh 45 %.Sebagian besar pengamat politik menyatakan, Garcia dapat dipastikan menjadi Presiden Peru untuk periode hingga lima tahun mendatang. Garcia yang berwajah cerah penuh senyum saat pengumuman pemilu terlihat melambaikan sapu tangan berwarna putih, lambang tradisional berarti kemenangan bagi partainya --APRA-- saat ribuan pendukungnya di Lima merayakan kemenangannya dengan kembang api warna-warni. "Hari ini rakyat Peru mengirim pesan kedaulatan dan mengalahkan upaya Hugo Chavez dengan perluasan pengaruhnya di Amerika Latin," katanya.Chavez adalah Presiden Venezuela yang anti-AS, dan belakangan ini menyebarkan pengaruhnya ke Amerika Latin, terutama menjalin hubungan erat dengan Morales yang Presiden Kolumbia untuk menasionalisasi perusahaan asing. Lebih dari separuh pemilik suara di Peru memilih Garcia, yang disebut sebagai "Kennedy Amerika Latin" lantaran saat terpilih pertama kali masih berusia 35 tahun, namun tak kurang pula yang melihatnya sebagai orang kurang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi, terutama perdagangan. "Sungguh disayangkan, karena kedua calon presiden bukan merupakann calon baik," kata ahli ilmu jiwa Ida Blanc (45) setelah memberikan suara bagi Garcia di daerah pemilihan di kota Lima.Sedangkan, pendukung Humalla saling melempar air dan sampah di kota selatan Arequipa itu sebagai tanda pengubuan politik di negara miskin Amerika Latin tersebut. Ia mengatakan, hasil pemilihan umum tak tertutup dari kemungkinan kecurangan, dan menantang pemerintah baru terpilih harus terbuka.Kampanye Humalla juga disebut-sebut didukung Hugo Chavez, yang bukan merupakan tokoh tenar di Peru, negara dengan sebagian besar masyarakatnya berkiblat ke AS. Mantan perwira tinggi itu dalam kampanyenya menyatakan akan menyediakan anggaran 75 miliar dolar AS (sekira Rp750 triliun) bagi rakyatnya, namun dianggap sebagian pengamat sangatlah mustahil di negara dengan rakyat hidup dalam serba kekurangan akibat 30 tahun pemerintahan berganti-ganti mulai dari diktator hingga populis.Apalagi, rakyat Peru pernah dipimpin oleh Presiden Alberto Fujimori dari tahun 1990 hingga 2000 yang menerapkan korupsi secara besar-besaran, sehingga akhirnya digulingkan dan melarikan diri meminta suaka ke Jepang. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006