Phnom Penh (ANTARA) - Di tengah hiruk-pikuk menjelang terselenggaranya EA Games ke-32 di Kamboja yang bergulir pada 5 hingga 17 Mei 2023, rasanya tidak lengkap jika tidak mencoba menjajal beberapa objek menarik di berbagai provinsi dan kota penyelenggara ajang tersebut, salah satunya di Ibu Kota Phnom Penh.

Megahnya Istana Kerajaan Kamboja atau Royal Palace yang berselimutkan warna emas di pusat ibu kota, seakan menutup keindahan bangunan yang tepat berada di baliknya. "Mesin waktu" yang bisa membawa siapa pun yang memasukinya terpental ke masa lalu dari negara itu.

Sekitar 500 meter dari Royal Palace, rupanya berdiri tegak Museum Nasional Kamboja yang dibalut dengan warna tanah yang hangat serta rindangnya pepohonan dan taman nan asri di kanan-kirinya.

Salam "Chom reap sour, hello!" yang terlontar dari penjaga tiket segera terdengar di saat langkah pertama pelancong memasuki area museum yang terletak di Street 13 pusat kota Phnom Penh itu. Dengan senyuman dan dua telapak tangan yang terkatup satu sama lain, mereka sesekali bertanya soal dari mana para pengunjung berasal.

Pelancong dari luar Kamboja dibanderol tiket masuk seharga 10 Dolar AS atau sekitar Rp146 ribuan.

Museum Nasional Kamboja merupakan museum yang menampung salah satu koleksi materi budaya Khmer terbesar di dunia, termasuk patung, keramik, dan benda etnografi dari periode prasejarah, pra-Angkorian, Angkorian, dan pasca-Angkorian.

Pemerintah Kamboja mengharapkan museum dapat mempromosikan kesadaran, pemahaman, dan apresiasi terhadap warisan Kamboja melalui presentasi, konservasi, penyimpanan, interpretasi, dan perolehan materi budaya Kamboja. Kehadirannya juga bertujuan untuk mendidik dan menginspirasi pengunjungnya.

Bagian dalam dan koleksi di Museum Nasional Kamboja yang terletak di pusat ibu kota Phnom Penh, Kamboja, diambil pada Kamis (4/5/2023). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

Merasakan Indonesia

Memasuki gerbang masuk utama museum, pengunjung akan disambut dengan patung Garuda yang berdiri dengan gagah. Patung Garuda yang dibuat di zaman Angkorian berabad-abad lalu itu bukan sekadar lambang belaka, namun dipercaya sebagai pembawa keyakinan dalam agama Buddha,agama yang diyakini oleh mayoritas penduduk Kamboja.

Sosok-sosok familier oleh orang Indonesia, seperti Sang Buddha, Ganesa, hingga Wishnu, yang dihadirkan melalui pahatan di berbagai medium dan dipajang di Museum Nasional Kamboja ini rasanya mengingatkan pengunjung Indonesia akan keberagaman multikultural dan agama di negara sendiri.

Selanjutnya, museum memiliki beberapa bagian yang bisa dikunjungi. Pertama, ada galeri perunggu yang berisikan benda-benda yang diyakini sudah ada dari abad ke-7 hingga 20.

Tak hanya memamerkan benda-benda yang dibuat untuk memuja dewa-dewa, jenis perunggu lainnya yang dipamerkan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu benda ritual dan barang sekuler.

Banyak benda ritual dalam koleksi tersebut, termasuk popil (tempat lilin khusus), lonceng, mangkuk, dan wadah untuk air ritual yang masih digunakan dalam berbagai upacara Khmer hingga saat ini. Sementara barang sekuler, termasuk kait hiasan untuk tandu, cincin berlapis emas, dan lainnya.

Bagian dalam dan koleksi di Museum Nasional Kamboja yang terletak di pusat ibu kota Phnom Penh, Kamboja, diambil pada Kamis (4/5/2023). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)
Bagian dalam dan koleksi di Museum Nasional Kamboja yang terletak di pusat ibu kota Phnom Penh, Kamboja, diambil pada Kamis (4/5/2023). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

Lebih lanjut, ada pula galeri patung dan pahatan batu yang didominasi oleh wujud para dewa dari masa ke masa.

Terdapat satu ruangan khusus yang diisi dengan patung-patung Buddha, yang membawa imajinasi pelancong berkelana ke zaman dahulu, sementara untuk pengunjung Indonesia seakan mengingatkan dengan sensasi masuk ke dalam candi untuk penganut Buddha.

Galeri-galeri lainnya yang ada di Museum Nasional Kamboja adalah etnografi, keramik, dan prasejarah. Di galeri etnografi, wisatawan bisa menemukan berbagai benda etnografi yang berasal dari dua abad terakhir, seperti kabin kapal kerajaan yang diukir dari kayu Koki keras, alat dan perkakas tenun, furnitur keagamaan, serta beberapa barang kerajinan tradisional Khmer lainnya.

Lalu di galeri keramik dan prasejarah, rasanya tak jauh berbeda, seperti yang bisa kita temukan di Indonesia, yakni koleksi keramik dan barang-barang, seperti vas, guci, dan pot yang dibuat berabad-abad silam.

Bagian dalam dan koleksi di Museum Nasional Kamboja yang terletak di pusat ibu kota Phnom Penh, Kamboja, diambil pada Kamis (4/5/2023). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

Masa lalu untuk masa depan

Tak ada yang lebih sentimental dari sejenak menengok ke masa lalu, yang bisa menjadi langkah pengingat diri akan jati dirinya sebagai sebuah bangsa. Tidak ada salahnya pula untuk mengapresiasi dan mengenal budaya dari negara lain, karena pada dasarnya, keberagaman adalah keindahan dari menjadi seorang manusia dan sebuah komunitas.

Tak jauh berbeda dengan olahraga, budaya dan sejarah adalah hal yang begitu lekat untuk satu sama lain, untuk dirayakan, untuk dinikmati bersama, dan untuk menyatukan perbedaan.

Ini adalah kali pertama Kamboja menyelenggarakan SEA Games, pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara, dan merupakan hal yang baru bagi negara-negara Asia Tenggara untuk hadir dan berkompetisi di ajang tersebut di "Land of Khmer". Selebrasi dan sambutan meriah sudah bergulir sejak bulan lalu dan akan mencapai puncaknya mulai 5 Mei ini.

Tentu, setiap negara akan mendukung tim dan atlet nasionalnya masing-masing. Namun, semangat sportivitas dan upaya untuk mengenal budaya dan sejarah satu sama lain bukanlah hal yang harus dihindari, baik di arena pertandingan maupun melalui ilmu pengetahuan.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023