Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memaparkan penanganan COVID-19 di forum Internasional World Health Organization (WHO) dan United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR) atau Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana.
"WHO mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya, tetapi itu bukan hanya kerja dari Pemkot Surabaya saja," kata Eri Cahyadi dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Kamis.
Baca juga: Presiden sebut Indonesia bisa rusuh bila dulu terapkan "lockdown"
Melainkan, lanjut dia, kerja dari semua pihak mulai dari tenaga kesehatan, masyarakat, relawan, dan stakeholder yang ada di Kota Surabaya. Serta kebersamaan antara pemkot dengan masyarakatnya dan pihak rumah sakit swasta maupun negeri yang ada di wilayah ini.
Hal itu disampaikan Wali Kota Eri usai mewakili Indonesia sebagai satu-satunya kepala daerah yang membagikan pengalaman mengendalikan pandemi COVID-19 di forum internasional PBB secara virtual di Surabaya, Rabu (3/5) petang.
Kegiatan yang bertemakan Melampaui COVID-19: Kesiapsiagaan, Keamanan, Kesehatan, dan Manajemen Risiko untuk Meningkatkan Ketahanan itu, Wali Kota Eri menjelaskan, meski kota metropolitan, Kota Surabaya memiliki karakter kultural yang berbeda dengan kota-kota besar lainnya. Sebab, Kota Pahlawan ini memiliki semangat kolaborasi yang kuat, yang dalam bahasa lokal disebut sebagai gotong royong.
Baca juga: Jokowi ibaratkan penanganan pandemi di Indonesia bak "total football"
Oleh sebab itu, Cak Eri panggilan lekatnya mendapat apresiasi oleh perwakilan WHO karena langsung bergerak memadukan pendekatan sains dan gotong royong yang kemudian menempatkan Kota Surabaya sebagai kota terdepan di Indonesia dalam penanganan COVID-19.
Cak Eri mengatakan, bahwa WHO ingin mengetahui cara koordinasi Wali Kota Surabaya terhadap Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta jajaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) dalam proses percepatan pengendalian pandemi COVID-19 di Kota Surabaya.
Untuk itu, kata dia, Pemkot Surabaya mendigitalisasi seluruh rekam medik di fasilitas kesehatan, sehingga penanganan kepada pasien diharapkan lebih cepat dan optimal.
"Saya sampaikan bahwa Surabaya memiliki data terkait dengan yang sakit, blocking area, termasuk vaksinasi yang bisa dilihat oleh Kementerian dan Gubernur. Sebab, Surabaya adalah kota terbanyak melaksanakan vaksinasi (Covid-19) di Indonesia, yang sempat mencapai rekor 50.000 dalam satu hari. Serta, melakukan tracing dengan rasio 1:25, yakni salah satu yang tertinggi di Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Kemenag siapkan aturan kegiatan di tempat ibadah usai PPKM dihentikan
Cak Eri menjelaskan, bahwa tracing atau pelacakan sangat terbantu oleh gerakan gotong royong para relawan. Mereka keluar-masuk kampung untuk menelusuri kontak erat pasien positif, lalu dilakukan pengetesan untuk segera meminimalisir penyebaran COVID-19.
"itu semua dilakukan oleh TNI/Polri, masyarakat, dan semua tenaga kesehatan yang luar biasa. Bahkan Surabaya sempat membantu Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik terkait bantuan tenaga kesehatan dan mobil vaksin," ucapnya.
Baca juga: Sri Mulyani: Belanja Penanganan COVID dan PEN masih sangat lambat
Untuk itu, lanjut dia, pandemi COVID-19 ini kemudian memberi pelajaran berharga bagi Pemkot Surabaya untuk melakukan berbagai pembenahan pelayanan kesehatan di Surabaya. Sehingga melalui pengalaman tersebut, Cak Eri bersama jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya segera menyusun manajemen risiko SOP pengendalian COVID-19 di Kota Surabaya.
"Jikalau ada kejadian seperti itu atau ada yang mirip seperti itu maka langkah apa yang akan kami ambil, kami sudah punya. Itu menjadi pengalaman ketika terjadi musibah yang besar seperti pandemi COVID-19. Insya Allah, kami sudah siap ketika sudah menghadapi gelombang penyakit yang hampir sama dengan COVID-19 melalui manajemen risiko dengan tahapan yang kami buat," katanya.
Baca juga: IDI Lampung sebut vaksinasi dan insentif wujud perlindungan bagi nakes
Meski begitu, Cak Eri memastikan, melalui pengalaman tersebut, Pemkot Surabaya bersama masyarakat memperkuat penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti di fasilitas-fasilitas publik seperti pasar, mal, hingga rumah tangga.
Menurutnya, kolaborasi dan gotong royong menjadi kewajiban yang harus dilakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan.
"Karena dari pengalaman COVID-19, kami perkuat PHBS, akhirnya itu menjadi kebiasaan. Semoga langkah-langkah pencegahan dan penanganan itu bisa mengeliminasi COVID-19 maupun penyakit lainnya," katanya berharap.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023