Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam mengatakan hilirisasi kakao merupakan salah satu sukses upaya pemberian nilai tambah yang patut dicontoh oleh pelaku bisnis komoditas lain.
"Harus ada nilai tambah pada komoditas ekspor kita, kakao adalah salah satu industri yang patut dicontoh," kata Latif saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, hilirisasi kakao melalui adanya industri pengolahan membuat produk itu menjadi barang yang nilainya lebih tinggi sebagai komoditas ekspor. Terlebih karena komoditas ekspor tidak lagi dikirim sebagai bahan mentah.
Dia juga mengatakan hilirisasi kakao patut dicontoh sebagai upaya transformasi Indonesia sebagai eksportir komoditas primer menjadi eksportir komoditas setengah jadi atau barang jadi.
"Adanya industri pengolah kakao di dalam negeri dapat dijadikan antisipasi jika harga dunia turun, kita mengolahnya di dalam negeri, sehingga bisa diekspor dengan harga tinggi," jelasnya.
Latif menuturkan pemerintah harus bisa mendorong komposisi ekspor ke sektor yang tidak terlalu sensitif pada fluktuasi harga komoditas dunia.
"Pemerintah harus bisa mengubah struktur ekspor dengan mendorong ekspor barang industri pengolahan," tambahnya.
Pemerintah juga dinilai harus bisa membuat Indonesia sebagai basis produksi atas investasi yang ditanamkan di dalam negeri guna meningkatkan kinerja ekspor.
"Sehingga negara tidak hanya mengandalkan peningkatan volume ekspor," katanya.
Selama Januari-Oktober 2102, pangsa volume ekspor kakao 45,5 persen dan kakao olahan 54,5 persen, demikian pula pangsa nilai ekspor kakao 39,4 persen dan kakao olahan 60,6 persen.
Hingga November 2012 total ekspor Indonesia mencapai sekitar 174,8 miliar dolar atau turun 6,3 persen jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya.
Ekspor non-migas sekitar 13,7 miliar dolar, naik 0,1 persen jika dibanding tahun sebelumnya sementara ekspor non-migas sekitar 2,7 miliar dolar, turun 23,1 persen dari tahun lalu.
(A062/B012)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013