Jakarta (ANTARA News) - Panitia Kerja (Panja) A Panitia Anggaran DPR dengan rapatnya dengan wakil dari pemerintah di Jakarta, Senin, menyepakati perhitungan asumsi dasar untuk penyusunan RAPBN 2007. Wakil Ketua Panja A, Bachrudin Nasori mengungkapkan tercapainya kesepakatan itu usai rapat tertutup di gedung DPR/MPR Jakarta, yang juga dihadiri Kepala Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional (Bapekki) Anggito Abimanyu dan Dirjen Anggaran dan Perimbangan Keuangan Depkeu, Achmad Rohjadi. "Kita sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi 6,0 hingga 6,5 persen (lebih tinggi dari usulan pemerintah 6,0-6,4 persen), kurs Rp9.000-Rp9.100 per dolar AS, inflasi 6,0-8,0 persen, tingkat suku bunga SBI tiga bulan 8,5-9,5 persen, dan defisit 0,7 hingga 0,9 persen dari PDB," katanya. Sementara harga minyak disepakati antara 50 hingga 65 dolar AS per barel dengan tingkat produksi satu juta barel per hari. Mengenai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari usulan pemerintah, Bachrudin mengatakan DPR mengharapkan pemerintah akan lebih keras berupaya meningkatkan kesempatan kerja. "Kami berharap satu persen pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan 500.000 lapangan kerja baru, namun pemerintah hanya mampu menciptakan sekitar 315.000 meski dengan pertumbuhan itu," kata anggota DPR dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB). Menurut dia, dengan penciptaan lapangan kerja hanya 315.000 maka pemerintah belum mengupayakan pengerjaan berbagai kegiatan secara padat karya. "Pemerintah menyatakan bahwa prioritasnya adalah pembangunan infrastruktur yang diharapkan dengan infrastruktur akan mendorong berkembangnya industri yang pada akhirnya menyerap tenaga kerja," kata anggota Komisi IX DPR itu. Ia menyebutkan, kesepakatan itu akan dirapatkan pada rapat pleno Panitia Anggaran DPR dalam pekan ini juga karena akan disampaikan secara resmi kepada Menkeu pada Senin pekan depan. Mengenai besaran subsidi dalam RAPBN 2007, Bachrudin menyatakan, pihaknya baru memberikan rumusan awal. Kemungkinan mengenai masalah itu baru akan disepakati pada bulan Agustus 2007. "Juga tidak ada rencana kenaikan tarif listrik untuk tahun 2007. Mudah-mudahan dengan konversi bahan bakar dari BBM ke batu bara dapat membantu pemerintah. Kita harapkan itu tidak memperbesar subsidi atau bahkan mengurangi subsidi," kata Bachrudin.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006