"Seharusnya kita tidak ada kata fobia terhadap agama, suku, dan etnik tertentu, karena itu adalah nilai asli masyarakat Indonesia. Kita harus memahami mengapa masyarakat Indonesia berbeda serta mempelajari hal tersebut untuk menjaga nilai kebinekaan, bukan menimbulkan perpecahan," kata Yuyun saat ditemui di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu.
Baca juga: AICHR: Perempuan berperan penting atasi ujaran kebencian
Yuyun mengatakan masyarakat Indonesia harus kembali kepada definisi toleransi yang sesungguhnya supaya mampu mengaplikasikannya secara maksimal.
"Toleransi semakin ke sini semakin equal dengan kata cuek, harusnya kan toleransi itu dengan pemahaman," kata kandidat Ph.D di Erasmus University, Belanda itu.
Menurutnya, jika masyarakat bertoleransi dengan cara membiarkan suku, etnis, ataupun umat agama lainnya dalam menjalankan aktivitas masing-masing tanpa adanya pengetahuan dan kepedulian, hal tersebut tidak sesuai dengan semangat Unity in Diversity atau Bhinneka Tunggal Ika.
Baca juga: Menlu tekankan pentingnya penguatan kerja AICHR
Baca juga: Wakil RI untuk AICHR sebut negara berhasil hadir di tengah masyarakat
Baca juga: Menlu tekankan pentingnya penguatan kerja AICHR
Baca juga: Wakil RI untuk AICHR sebut negara berhasil hadir di tengah masyarakat
Yuyun mengatakan masyarakat perlu mengenali dan menyadari bahwa perbedaan itu ada, karena dengan mengenali perbedaan satu sama lain, masyarakat akan memahami persoalan yang terjadi.
"Oleh karena itu, ruang diskusi fobia dalam agama harus memiliki tempat supaya kita bisa mendiskusikannya, kemudian mengidentifikasi permasalahannya," katanya.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023