Oooh it's so cool"
Jakarta (ANTARA News) - "Oooh it's so cool," kata seorang wanita sambil mengangkat anaknya yang masih balita, begitu atraksi penari yang berjalan di samping kendaraan hias Indonesia melintas pada parade Turnamen Bunga Mawar, di Pasadena, California, Amerika Serikat.
Wanita itu mengulangi ucapannya ketika lima penari berkostum wayang kontemporer dari Solo Batik Carnival berlenggak lenggok seperti burung cenderawasih memekarkan bulunya nan indah itu.
Tidak hanya wanita itu, sejumlah perempuan dan lelaki yang duduk di depan dan belakang podium meneriakkan kata yang sama, "Coool.." ujar mereka, atau keren dalam bahasa populer kita.
Penonton yang sebagian besar warga Amerika Serikat itu terkesima oleh barisan penari Indonesia yang berkostum warna-warni megah, mulai biru, paduan hitam putih, kuning keemasan, sampai perak menyala.
Sebelas penari dari Solo dan Jakarta itu melenggak-lenggok mengikuti irama gamelan yang dimainkan di atas kendaraan hias yang menampilkan kekayaan alam dan budaya Jawa Tengah.
Kekaguman mereka adalah kebanggan Indonesia, apalagi nama Indonesia disebut di tengah parade pad aajang tahunan Tournament of Roses di Pasadena yang ditonton oleh lebih dari sejuta penonton.
Kendaraan hias Indonesia yang mengusung tema "Wonderful Indonesia" itu mencuri perhatian warga AS yang sejak matahari belum muncul pun sudah duduk mencari posisi terbaik untuk menyaksikan parade awal tahun itu.
SWebelum kendaraan hias Indonesia melintas, para penonton baru saja tercuri perhatiannya oleh tontonan haru biru gaya khas Amerika manakala seorang tentara yang duduk di kendaraan hias tiba-tiba dipertemukan dengan anak istrinya di tengah parade.
Parade Tournament of Roses memang selalu menarik minat masyarakat, termasuk turis mancanegara, karena tontonan itu dibuat apik dan mempesona.
Ajang promosi Indonesia
Parade Tournament of Roses ke-124 ini adalah ajang kedua yang diikuti Indonesia. Parade ini sendiri diselenggarakan sejak 1890.
Tahun lalu, Indonesia, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tampil dengan dua kendaraan hias. Satu kendaraan utama berornamen Garuda Wisnu Kencana, sedangkan satu kendaraan satelit yang lebih kecil berornamen Putri Bunga Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Tahun ini, kembali Indonesia hadir dengan dua kendaraan hias.
Kendaraan utama menampilkan wayang golek Krisna, Arjuna, dan Gatot Kaca yang berdiri gagah di sela-sela hiasan bunga. Sedangkan kendaraan kecil menampilkan miniatur obyek wisata di Jawa Tengah berupa Stupa Borobudur dan seperangkat gamelan yang dimainkan para pelajar yang sekolah di AS.
"Kami ingin mengangkat daerah-daerah lain untuk bercerita banyak tentang Indonesia, tidak hanya Bali," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengenai budaya Jawa Tengah yang diangkat pada turnamen bunga kali ini.
Ia menyebut turnamen bunga Pasadena memiliki arti penting bagi promosi obyek wisata Indonesia di AS.
Turnamen itu tidak hanya ditonton lebih dari satu juta orang di sepanjang delapan kilometer jalan, tapi juga disaksikan oleh lebih dari 34 juta penonton televisi di AS.
Bahkan total penonton parade ini diperkirakan mencapai 450 juta orang karena ajang ini disiarkan pula oleh jaringan televisi dunia.
"Kami mengharapkan dengan Tournament of Roses ini, Indonesia ada terus di mata publik AS," ujar Mari yang memimpin langsung delegasi Indonesia pada ajang tersebut.
Indonesia sempat menghilang dari parade bunga mawar tesebut selama 16. Sejak 1996, Indonesia tidak lagi mengikutinya setelah pada kurun 1990-1995 sempat meramaikannya.
Selama lima tahun itu, hasilnya tidak mengecewakan.
Tahun 1990,1993, dan 1994 Indonesia mendapat "International Trophy," kemudian Isabella Coleman Trophy pada 1991, dan mendapat Grand Marshall Trophy pada 1992 dan 1995.
Tahun kedua setelah vakum selama 16 tahun pun ternyata kendaraan hias Indonesia tetap mampu mencuri perhatian publik AS dengan President's Trophy, sama dengan penghargaan yang didapat tahun lalu.
Semakin mengingat Indonesia
Setelah parade pun, kendaraan hias Indonesia yang diparkir bersama 41 kendaraan hias lainnya dari sejumlah negara bagian dan instansi AS, serta beberapa negara, tetap mendapat perhatian pengunjung.
Banyak warga AS mengabdikan gambar diri mereka di samping kendaraan hias dengan hiasan wayang golek dari kayu setinggi lebih dari dua meter itu, sementara para penari kontemporer dari Solo Batik Carnival tak henti-hentinya diminta berfoto bersama.
"Sampai capek aku berpose," ujar Nyoman, penari dari Jakarta yang mengenakan kostum Arjuna lengkap dengan panahnya.
Antusiasme warga AS terhadap kehadiran kendaraan hias Indonesia itu membangun optimisme delegasi Indonesia, bahwa ajang ini setidaknya turis AS menjadi tertarik datang ke Indonesia.
"Dalam dua tahun terakhir jumlah wisatawan AS yang datang ke Indonesia, pertumbuhannya cukup baik, mencapai 10 persen per tahun," kata Pangestu.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 2011 jumlah wisatawan asal AS ke Indonesia mencapai 194.398 orang.
Pada Januari-Oktober 2012, jumlahnya telah mencapai 173.798 orang atau naik 9,95 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Menurut seorang anggota delagasi Indonesia, Noviendi Makalam, sebagian besar wisatawan AS yang datang ke Indonesia adalah kelas menengah yang menghabiskan waktu cukup lama di Indonesia dengan belanja yang cukup besar.
"Kita perlu membidik wisatawan kelas menengah ke atas seperti itu yang masa tinggalnya lama dengan pengeluaran yang besar, sehingga dampak hasil devisa juga besar," ujar Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata, Bandung, itu.
Penelitian Passanger Exit Survey yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menyebutkan pada 2010 rata-rata lama tinggal wisatawan asal AS di Indonesia mencapai 10,55 hari dengan pengeluaran rata-rata 1.398,47 dolar AS per kunjungan.
Mari Pangestu berharap kehadiran Indonesia pada Tournament of Roses membuat publik AS semakin mengingat Indonesia, untuk kemudian datang menyaksikan sendiri kekayaan alam dan budayanya.
"Kami berharap jumlah wisatawan dari AS tetap tumbuh 10 persen tahun ini," ujar Mari.
(R016)
Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013