ada kemarau basah yang meliputi Aceh

Banda Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut wilayah Provinsi Aceh sedang dalam masa transisi ke musim kemarau, sehingga masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi.

“Kita sekarang memasuki masa transisi ke musim kemarau, tapi bukan berarti tidak ada hujan, artinya ada kemarau basah yang meliputi Aceh,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda (SIM) Nasrol Adil di Banda Aceh, Rabu.

Ia menjelaskan, ada tiga periode masa transisi di provinsi paling barat Indonesia itu, yakni fase pertama pada April-Mei, fase kedua Juli-Agustus dan fase ketiga pada September-Oktober. Saat ini, Aceh memasuki fase pertama transisi ke musim kemarau secara klimatologi.

Pada masa ini, lanjut Nasrol, umumnya berpotensi terjadi petir, puting beliung, angin kencang hingga pertumbuhan awan cumulonimbus. Namun hanya terjadi lokasi yang sporadis atau wilayah tertentu.

“Artinya tidak semua daerah, hanya di beberapa spot yang memiliki cakupan gunung, topografi gunung berbukit, jadi potensi itu yang kita hadapi,” katanya.

Baca juga: BMKG: Hujan berpotensi guyur wilayah timur Aceh saat musim kemarau
Baca juga: BMKG: Aceh mulai musim kemarau, waspada kebakaran hutan dan lahan

Nasrol meminta masyarakat mewaspadai potensi beberapa bencana hidrometeorologi, terutama bagi warga berada di wilayah yang berdekatan dengan air, atau wilayah sawah yang dibasahi rintik hujan, karena akan berpotensi tersambar petir.

“Jika terjadi petir di sore menjelang malam, kalau suara petir terdengar makin lama makin dekat, maka sudah harus menghindari daerah seperti pantai, tambak, kolam renang, sungai, lapangan rumput kalau basah. Juga pohon tinggi seperti pohon kelapa karena bisa terjadi perambatan petir melalui pohon kelapa,” ujarnya.

Selain itu, kata Narsol, Aceh juga berpotensi terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), meskipun daerah Tanah Rencong itu sudah melewati fase kekeringan pertama yaitu pada Februari lalu.

“Biasanya Februari kita banyak (Karhutla, red). Tapi nanti fase Juli dan Agustus kita akan mendapati lagi potensi itu lagi, pada akhir Juni juga,” katanya.

Oleh sebab itu, BMKG mengimbau agar masyarakat tidak membuka lahan dengan cara membakar secara serampangan, apalagi Aceh juga ikut merasakan pengaruh dari El Nino.

“Kita juga mengalami pengaruh El Nino walaupun sedikit, dan kita harus menghindari pembakaran lahan,” katanya.

Baca juga: BMKG: Empat zona musim di NTT sudah memasuki musim kemarau
Baca juga: BPBD DIY minta masyarakat bijak manfaatkan air bersih hadapi kemarau
Baca juga: BMKG imbau masyarakat tampung air hujan sebelum masuk musim kemarau

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023