Bangkok (ANTARA) - Salah satu calon kuat Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, pada Rabu menyatakan akan melanjutkan kampanye setelah melahirkan beberapa hari lalu dan tetap percaya diri akan menang telak dalam pemilu pada 14 Mei.

Calon PM berusia 36 tahun itu unggul dalam banyak survei pemilu baru-baru ini. Dia muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir untuk memperkenalkan anak keduanya, Prutthasin, yang lahir pada Senin (1/5).

Partainya, Pheu Thai, juga unggul di beberapa survei terkini dan telah memenangi pemilu sejak 2001, termasuk meraih kemenangan telak dua kali.

"Thailand harus berubah dan partai Pheu Thai adalah satu-satunya jawaban," katanya dalam konferensi pers di sebuah rumah sakit di Bangkok, setelah memperkenalkan anaknya yang ia sebut sebagai "anugerah".

"Kita tidak bisa lagi menunggu. Jika Pheu Thai bisa menang telak dan memerintah, kita bisa langsung membuat perubahan," katanya.

Sebagian besar analis memperkirakan Pheu Thai akan gagal meraih kemenangan telak dan perlu membentuk aliansi yang gagal dilakukannya pada pemilu 2019.

Pemilu tersebut menjadi pemilu pertama yang digelar sejak pemerintah yang dipimpin bibinya, Yingluck Shinawatra, dikudeta pada 2014.

Partai oposisi lainnya, Move Forward, dipandang banyak pihak sebagai partai yang paling mungkin menjadi mitra Pheu Thai dan sekarang mencatat lonjakan pemilih dalam survei-survei.

Survei nasional oleh National Institute of Development Administration ​​​​​​​yang diikuti 2.500 orang pada Rabu menunjukkan bahwa pemimpin Move Forward, Pita Limjaroenrat, mengungguli Paetongtarn untuk pertama kali dengan perolehan 35,4 persen. Dalam survei tersebut Paetongtarn memperoleh 29,2 persen suara.

Ketika ditanya soal aliansi dengan Move Forward, Paetongtarn mengatakan Pheu Thai akan bergabung dengan partai-partai yang mendukung kebijakannya dan menolak pesaing yang didukung oleh militer.

Keluarga Shinawatra dicintai banyak orang Thailand selama bertahun-tahun karena kebijakan populisnya, tetapi juga dicerca oleh beberapa keluarga dan institusi paling kuat di negara itu.

Ayah Paetongtarn, Thaksin Shinawatra, pernah menjabat sebagai PM selama lima tahun sebelum dikudeta oleh militer pada 2006.

Thaksin dan Yingluck kemudian mengasingkan diri untuk menghindari hukuman penjara karena menyalahgunakan kekuasaan, sebuah tuduhan yang menurut mereka bermotifkan politik.

Pada Senin (1/5), Thaksin mengulangi janjinya untuk kembali ke Thailand setelah 15 tahun di pengasingan. Paetongtarn pada Rabu menegaskan rencana kepulangan apa pun tidak akan berkaitan dengan politik.

"Ayah ingin kembali untuk merawat cucu-cucunya. Beliau tidak bilang ingin menjadi perdana menteri," katanya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Prayuth Chan-ocha dicalonkan lagi jadi PM Thailand
Baca juga: PM Prayuth: Pemilu Thailand mungkin akan digelar 7 Mei
Baca juga: Putri Thaksin calonkan diri sebagai PM Thailand

Penerjemah: Raka Adji
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023