"Kita adakan program hari ini karena melihat hate speech makin marak lewat media sosial yang akarnya sering kali kita belum mengenal satu sama lain," kata Executive Director Institut Leimena Matius Ho saat ditemui di acara tersebut di Jakarta, Rabu.
Matius mengatakan program ini adalah rangkaian dari program Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang telah diadakan selama satu minggu di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Matius mengatakan pihaknya menargetkan program ini kepada guru dan pemuka agama karena menilai guru dan pemuka agama dapat membantu penyelesaian masalah intoleransi beragama dari akarnya dengan menyalurkan pengetahuan tentang literasi dalam toleransi beragama kepada murid-muridnya.
"Program ini sudah meluluskan 4.000 guru di seluruh Indonesia dan sudah berjalan selama dua tahun," sambung Matius.
Matius menjelaskan setelah acara ini akan ada program lanjutan untuk dapat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) agar bisa mengajarkan nilai toleransi di dalam kelas.
Matius mengatakan saat ini pihaknya bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, serta sejumlah pondok pesantren di dalam dan luar jawa.
Institut Leimena adalah lembaga nonprofit yang bergerak di bidang sosial dalam mengembangkan peradaban Indonesia melalui kerja sama dalam masyarakat yang majemuk.
Baca juga: Institut Leimena: Pendidikan harus bangun solidaritas manusia
Baca juga: Mahfud tegaskan tak ada islamofobia di Indonesia
Baca juga: Wapres Ma'ruf: Tangkal "islamofobia" dengan peningkatan literasi
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023