Batam (ANTARA) - Sejumlah nelayan di Pantai Kampung Melayu Kota Batam, Kepulauan Riau, khawatir terhadap banyaknya ikan hingga biota laut lainnya yang mati akibat pantai yang tercemar limbah.
Seorang nelayan Kampung Melayu Arianto di Batam, Rabu mengatakan dirinya tidak bisa melaut karena alat tangkapnya rusak.
"Limbah ini kemungkinan sebulan baru bisa hilang, nasib kami bagaimana alat tangkap lengket tidak bisa dipakai," kata Arianto.
Ia menambahkan jika pun harus melaut sampai ke tengah laut pendapatannya pasti berkurang.
Baca juga: Limbah minyak di Batam diduga dari kapal terbakar di Perairan Malaysia
Baca juga: Ada limbah hitam, nelayan Pantai Kampung Melayu Batam tak bisa melaut
Arianto bersama nelayan lainnya berharap akan ada kompensasi dari pemerintah ataupun pihak terkait dengan adanya kejadian ini.
"Kalau bisa ada kompensasi, karena ikan tidak mungkin ada," kata dia.
Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas) kawasan Nongsa Muhammad Idris mengatakan pencemaran limbah saat ini sangat merugikan para nelayan yang kini jumlahnya mencapai ratusan orang, yang tergabung dalam 11 kelompok dengan masing-masing kelompoknya beranggotakan 11 hingga 15 orang.
"Ini sangat rugi. Kami berharap akan ada kompensasi khususnya untuk nelayan di sini," ujar Idris.
Ia menjelaskan pencemaran limbah minyak hitam tersebut bukan yang pertama kali terjadi.
"Dulu beberapa tahun lalu sudah pernah juga. Tapi waktu angin utara dan saat itu masih terbilang wajar karena ada angin dan gelombang kencang karena musim utara," kata dia.
Kejadian kali ini, kata Idris, tidak wajar karena saat ini merupakan musim angin timur yang seharusnya laut dan gelombang dalam keadaan tenang.
"Seharusnya memang tidak ada saat ini karena angin timur. Inilah waktunya para nelayan turun ke laut," ujar Idris.*
Baca juga: Dispar Kepri menyayangkan limbah minyak hitam kembali cemari Bintan
Baca juga: Kawasan di Pantai Trikora Bintan-Kepri tercemar limbah
Pewarta: Jessica Allifia Jaya Hidayat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023