"Kekuasaan dan perananan Mafia Berkeley secara nyaris terus menerus selama 40 tahun tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dan mewariskan potensi sebagai salah satu negara gagal di Asia," kata Rizal Ramli.Jakarta (ANTARA News) - Para ekonom Indonesia yang dijuluki sebagai Mafia Berkeley dinilai gagal membangun perekonomian nasional serta menjadikan Indonesia sebagai negara sejahtera dan besar di Asia meskipun berkuasa hampir 40 tahun. Hal itu dikemukakan sejumlah pengamat ekonomi seperti Rizal Ramli dan Kwik Kian Gie di Jakarta, Senin dalam seminar bertajuk "50thn Mafia Berkeley vs Gagasan Alternatif Pembangunan Ekonomi Indonesia". "Kekuasaan dan perananan Mafia Berkeley secara nyaris terus menerus selama 40 tahun tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dan mewariskan potensi sebagai salah satu negara gagal di Asia," kata mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli. Rizal menyatakan, di bawah pengaruh dan kekuasaan Mafia Berkeley utang yang besar, kekayaan yang besar serta hutan yang rusak ternyata hanya menghasilkan pendapatan per kapita sekitar 1.000 dolar AS per tahun. Padahal, tambahnya, di negara Asia lainya seperti Cina pendapatan per kapita mencapai 1.500 dolar AS, Thailand 2.490 dolar AS, Malaysia 4.520 dolar AS, Korea Selatan 14.000 dolar AS dan Taiwan 14.590 dolar AS pada 2004. "Pada pertengahan tahun 1960-an GNP Indonesia dan negara-negara tersebut hampir sama yakni kurang dari 100 dolar AS per kapita," katanya. Negara-negara seperti Taiwan, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Cina ucapnya, tidak memiliki daya alam yang besar seperti Indonesia. Menurut dia, salah satu alasan gagalnya Mafia Berkeley meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menjadikan Indonesia sebagai satu dari negara besar di Asia karena strategi kebijakan ekonomi yang keliru. Strategi dan kebijakan ekonomi Indonesia, tambahnya, bukan turunan dari visi kepentingan nasional yaitu peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemandirian ekonomi tapi sekedar merupakan alat kepanjangan tangan dari kepentingan global. Selain sangat ketinggalan dari segi pendapatan perkapita, menurut dia, Indonesia juga memiliki distribusi pendapatan yang paling timpang, stok utang dalam dan luar negeri yang paling besar serta landasan struktural dan industri yang sangat rapuh. Sementara itu pengamat ekonomi Kwik Kian Gie menyatakan, paham yang dikembangkan Mafia Berkeley yakni perlunya liberalisasi total, swastanisasi total dan globalisasi total dengan memusnahkan patriotisme dan nasionalisme sebagai penyebab lain gagalnya negara mensejahterakan rakyat.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006