Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan kebutuhan cairan pada tubuh anak bisa meningkat 10 hingga 20 persen saat menghadapi cuaca ekstrem seperti terjadinya suhu panas di Indonesia baru-baru ini.
“Sebenarnya kebutuhan cairan tanpa adanya perubahan cuaca yang ekstrem itu adalah 100 cc dikali berat badan anak. Tetapi ketika terjadi perubahan iklim, peningkatan suhu tentunya bisa naik 10-20 persen dari kebutuhan normal,” kata Ketua Satgas Bencana IDAI Kurniawan Taufiq Khadafi dalam Media Brief Virtual Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan ketika tidak sedang menghadapi cuaca ekstrem, kebutuhan cairan pada orang dewasa mencapai dua sampai tiga liter per hari, sedangkan pada anak-anak 100 cc dikalikan dengan berat badannya.
Namun, jumlah kebutuhan harus disesuaikan dengan rata-rata peningkatan suhu di luar ruangan.
Oleh karena jumlah kebutuhan cairan akan meningkat, IDAI mengimbau setiap orang tua untuk tidak panik karena makanan yang dikonsumsi sebenarnya juga bisa membantu memenuhi kecukupan cairan karena mengandung air.
“Jadi andai kata dengan berat badannya kebutuhan cairan anak 1.000 cc per hari, tapi hanya tercukupi 800 itu masih logis karena kandungan makanan yang dikonsumsi masih ada cairan,” ujarnya.
Pada bayi usia enam bulan ke bawah misalnya, walaupun kebutuhan cairan akan air kurang, ibu tetap bisa memastikannya tercukupi dengan memberikan ASI eksklusif sesuai dengan takaran yang dianjurkan.
Baca juga: IDAI minta sekolah sesuaikan pembelajaran dengan kondisi iklim
Kepada anak yang lebih besar, katanya, kebutuhan cairan bisa terpenuhi dari banyak mengonsumsi air putih atau buah-buahan.
Opsi lain yang disarankan, kata dia, mengonsumsi jus atau susu.
“Susu itu menurut saya cukup baik karena selain cairan ada proteinnya ada kalorinya. Jadi andai kata air putihnya tidak sebanyak susunya, tapi susunya banyak jadi total kebutuhan cairan itu yang kita hitung,” ujarnya.
Sebelumnya, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Himawan Aulia Rahman mengatakan cuaca ekstrem dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan anak karena mampu menyebabkan anak mudah terkena dehidrasi hingga mengalami mimisan.
Dehidrasi pada anak bisa terjadi akibat suhu tinggi yang berada di luar ruangan. Biasanya, dehidrasi terjadi pada anak yang kebutuhan cairan dalam tubuh tidak tercukupi, sehingga mengalami sejumlah gejala, seperti mulut menjadi kering, anak kehausan, buang air kecil berwarna pekat, dan intensitas buang air kecil jarang.
Selain itu, katanya, apabila anak mengalami dehidrasi berat, biasanya diikuti dengan demam, gejala lemas, hingga lemas sekali, terjadi penurunan kesadaran dan kehilangan respons atau pingsan.
Ketika hal ini terjadi, dia mengharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diperiksa.
“Jika anak itu ada gejala lain seperti muntah atau diare itu bisa menyebabkan dehidrasi bertambah berat. Jadi dehidrasi harus menjadi concern (perhatian) kalau misalnya cuaca sedang panas,” ujarnya.
Baca juga: IDAI: Cuaca ekstrem sebabkan anak mudah dehidrasi hingga mimisan
Baca juga: IDAI imbau orang tua jaga imunitas anak hadapi cuaca ekstrem
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023