"Tentu polisi tidak boleh sembrono dalam kejadian ini, dan mohon bisa diungkap secara profesional agar tidak menyudutkan salah satu agama,"
Bandarlampung (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung meminta pihak kepolisian profesional dalam mengungkap motif pelaku penembakan agar tidak menyudutkan salah satu agama tertentu.
"Tentu polisi tidak boleh sembrono dalam kejadian ini, dan mohon bisa diungkap secara profesional agar tidak menyudutkan salah satu agama," kata Ketua MUI Lampung Prof Moh Mukri, di Bandarlampung, Selasa.
Oleh karena itu, kata dia, kejadian penembakan ini perlu dengan saksama dalam melihatnya serta mendalaminya, apakah pelaku ada kaitannya dengan kelompok-kelompok yang pernah ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri di Lampung beberapa waktu lalu atau tidak.
"Sebab tidak mesti dia beragama Islam dicap dengan label teroris. Karena paham radikal ini pun ada di agama mana pun di dunia ini," kata dia.
Menurutnya, hal tersebut bukanlah bentuk pembelaan terhadap salah satu agama tertentu, namun memang dalam kasus ini pihak kepolisian harus bekerja secara profesional dan tuntas agar tidak terjadi politisasi atas peristiwa ini.
"Bukan kita mau membela bukan, yang penting polisi profesional dan tidak dipolitisasi itu saja cukup, ini agar tidak ada saling menyudutkan salah satu agama," kata mantan Rektor UIN Lampung tersebut.
Ia pun merasa prihatin atas kejadian ini, terlebih diketahui bahwa pelaku merupakan warga (ber-KTP) Lampung, oleh sebab itu hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan di provinsi ini.
"Tentu untuk menghindari paham radikal, khususnya umat Islam harus ngaji kepada guru yang benar, kalau belajar agama dilihat siapa sosok ustadznya, jangan asal apalagi yang suka kafir-kafirkan orang yang beda pandangan," kata mantan Ketua NU Lampung itu.
Mukri juga mengimbau kepada seluruh tokoh agama dapat memberikan pencerahan dan bimbingan kepada umatnya masing-masing, agar tidak mengikuti paham-paham radikal yang dapat menyengsarakan orang banyak.
"Karena kan paham radikal ini ada kapan saja dan dimana saja bukan saja dilakukan umat Islam, tapi juga bisa menyasar umat agama lainnya," katanya.
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023