Menurut analisis musiman, ada potensi naik yang cukup tinggi seperti pada Mei 2022 dan Juni 2022

Medan (ANTARA) - Provinsi Sumatera Utara mengalami deflasi tiga bulan beruntun sejak Februari 2023 secara bulan ke bulan (month to month) setelah mencatatkan deflasi 0,18 persen pada April 2023.

"Ini berbeda dengan situasi nasional yang terjadi inflasi 0,33 persen (pada April 2023, bulan ke bulan). Jadi kita cukup terkendali khususnya terkait komoditas bahan makanan," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Nurul Hasanudin dalam pernyataan resminya yang diikuti secara daring di Medan, Selasa.

Sebelumnya, Sumut mengalami deflasi 0,31 persen, masing-masing pada Februari dan Maret 2023.

Nurul melanjutkan deflasi di Sumut utamanya pada April 2023 terjadi karena penurunan harga beberapa komoditas seperti cabai merah, tomat, ikan tongkol, bawang merah dan daging ayam ras.

Sementara inflasi dipengaruhi oleh harga buah jeruk, beras, emas perhiasan serta angkutan antarkota dan udara.

Meski menganggap situasi harga masih terkendali, BPS Sumut meminta pemerintah daerah untuk memantau kondisi ekonomi khususnya dalam dua bulan ke depan.

Baca juga: Pengamat: Belum ada tanda-tanda inflasi di Sumut jelang Lebaran 2023

Baca juga: BPS: Harga gabah kering Sumut turun pada Maret 2023

"Menurut analisis musiman, ada potensi naik yang cukup tinggi seperti pada Mei 2022 dan Juni 2022. Oleh karena itu harus siap mengendalikan stabilitas harga komoditas," tutur Nurul.

BPS Sumut mencatatkan pula, dari lima kota yang menjadi lokasi pengukuran indeks harga konsumen (IHK), hanya Sibolga yang mengalami inflasi pada April 2023 yakni 0,27 persen.

Sebanyak empat kota lain merasakan deflasi yakni Gunungsitoli (0,42 persen), Padang Sidempuan (0,04 persen), Medan (0,02 persen) dan Pematangsiantar (0,25 persen).

Optimisme BPS Sumut terkait situasi ekonomi di wilayahnya pascadeflasi tiga bulan beruntun juga timbul lantaran kondisi inflasi Sumut lebih rendah dibandingkan nasional.

Pada April 2023, inflasi tahun kalender (April 2023 terhadap Desember 2022) Sumut adalah 0,10 persen, sementara Indonesia 1,01 persen.

Lalu inflasi Sumut dari tahun ke tahun (April 2023 dibandingkan April 2022) yaitu 4,16 persen, lebih sedikit dibandingkan Indonesia yang di 4,33 persen.

Inflasi tahun ke tahun ini terjadi lantaran naiknya harga bensin, beras, rokok filter kretek, angkutan udara dan angkutan dalam kota.

Lalu deflasi disumbangkan komoditas seperti cabai merah, minyak goreng, daging ayam ras, tomat dan bawang merah.

"Untuk inflasi 'year on year' Sumut lebih rendah dari nasional. Ini berarti kita lebih terkendali dalam kinerja pengendalian inflasi khususnya untuk komoditas-komoditas yang dapat kita kendalikan," tutur Nurul.

Baca juga: BPS: Neraca perdagangan Sumut surplus 542,23 juta dolar AS Februari

Baca juga: BPS: Frekuensi penggunaan transportasi udara-laut Sumut menurun

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023