Pasalnya, kepesatan perkembangan teknologi tersebut dianggap menimbulkan ancaman hilangnya sekira 23 juta pekerjaan pada 2030 nanti.
"MPR meminta pemerintah melakukan pengembangan kualitas SDM agar bonus demografi dapat selaras dengan perkembangan teknologi dan ragam pekerjaan yang terus berkembang," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Anggapan ancaman hilangnya 23 juta pekerjaan itu diungkapkan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid baru-baru ini.
Menurut Arsjad, pertumbuhan teknologi otomasi dalam era revolusi 4.0 yang begitu pesat tidak dibarengi peningkatan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia (SDM).
Oleh karena itu, Ketua MPR meminta pemerintah untuk memperhatikan dan mengantisipasi ancaman tersebut agar periode puncak bonus demografi pada 2030 dapat berbuah optimal.
Politisi yang akrab disapa Bamsoet itu mengimbau pemerintah pusat agar berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menggiatkan program pemberdayaan dan pengembangan kompetensi serta kapabilitas SDM di tiap wilayah di Indonesia.
"Untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja di Indonesia, terutama di bidang teknologi dan digital," ujarnya.
Lebih lanjut, Bamsoet mengingatkan bahwa pemerintah harus senantiasa siap menghadapi segala perkembangan teknologi dan digital, khususnya kesiapan bagi masyarakat yang saat ini berada di wilayah-wilayah yang masih sulit mengakses teknologi.
Menurut Bamsoet, hal itu menjadi penting mengingat tingkat pengangguran setelah masa terburuk pandemi COVID-19 berlalu masih cukup banyak.
Ketua DPR RI periode 2018-2019 itu menekankan bahwa permasalahan terkait tenaga kerja saat ini harus tetap menjadi prioritas untuk dibenahi oleh Pemerintah.
Di sisi lain, Bamsoet juga meminta pemerintah terus mengoptimalkan upaya penciptaan lapangan kerja, terutama sektor-sektor yang masih harus dilakukan secara manual.
"Berdayakan SDM tenaga kerja secara maksimal di sektor-sektor tertentu yang masih harus dilakukan secara manual tersebut serta melakukan inovasi di berbagai sektor," ujarnya.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023