Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun tipis di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena pasar menyikapi data ekonomi yang lemah dari China dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS lainnya.
Minyak mentah berjangka Brent turun dua sen menjadi diperdagangkan di 79,29 dolar AS per barel pada pukul 00.21 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun dua sen menjadi diperdagangkan di 75,64 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak telah turun lebih dari satu dolar AS pada sesi sebelumnya.
Aktivitas manufaktur China secara tak terduga turun pada April, data resmi menunjukkan pada Minggu (30/4/2023), kontraksi pertama sejak Desember dalam indeks manajer pembelian manufaktur.
Pemulihan industri dan ekonomi China dari pandemi virus corona diperkirakan akan meningkatkan permintaan tahun ini.
Sementara itu, Federal Reserve AS, yang bertemu pada Selasa dan Rabu (3/5/2023), diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi. Kenaikan suku bunga seringkali mengurangi permintaan.
Ketakutan perbankan juga membebani minyak dalam beberapa pekan terakhir dan lembaga besar AS ketiga yang gagal dalam dua bulan, regulator AS menyita First Republic Bank selama akhir pekan menjelang kesepakatan di mana JPMorgan membeli sebagian besar asetnya.
Jajak pendapat Senin (1/5/2023) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS diperkirakan turun selama tiga minggu berturut-turut memberikan beberapa dukungan ke pasar.
Jajak pendapat dilakukan sebelum laporan dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, dijadwalkan pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat (20.30 GMT), dan Badan Informasi Energi, bagian statistik dari Departemen Energi AS, dijadwalkan pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (14.30 GMT).
Baca juga: Harga minyak jatuh karena kekhawatiran permintaan
Baca juga: Minyak naik di Asia, tetapi bersiap untuk catat penurunan mingguan
Baca juga: Minyak bersiap catat kerugian mingguan ke-2 karena kekhawatiran resesi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023