Di tengah menguatnya pasar di sepanjang kuartal pertama 2023, Bank membukukan kenaikan pendapatan fee-based sebesar 30,6 persen secara kuartal-an
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia atau Bank) mencatatkan Laba Sebelum Pajak (PBT) meningkat 33,3 persen menjadi Rp750 miliar pada kuartal 1/2023 year on year (yoy) dari Rp562 miliar pada kuartal I/2022.
“Pencapaian ini didukung oleh peningkatan pendapatan pada komposisi aset produktif, khususnya pembiayaan segmen korporasi dan ritel yang meningkat di tengah membaiknya situasi perekonomian Indonesia. Selain itu, Bank juga membukukan kenaikan pendapatan fee, terutama dari transaksi Global Markets (GM) sehubungan dengan pasar yang kembali bergairah, menguatnya kinerja anak perusahaan, dan kualitas aset yang membaik,” ucap Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria dalam keterangan resmi, Jakarta, Senin.
Baca juga: Maybank Indonesia: COVID-19 sangat berjasa mengakselerasi digitalisasi
Lebih lanjut, Maybank Indonesia turut mencatatkan Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) meningkat 45,7 persen menjadi Rp566 miliar dari Rp388 miliar. Peningkatan tersebut seiring kenaikan pendapatan komposisi aset Bank sehingga Net Interest Income/NII sebesar 6,7 persen (year on year/yoy) dan Net Interest Margin/NIM meningkat 35 bps menjadi 5,1 persen yoy.
Kemudian, ada pula kenaikan pendapatan fee-based (Fee-based income) sebesar 20,7 persen menjadi Rp574 miliar dari Rp475 miliar yang didukung oleh pendapatan fee Global Market yang tumbuh 98,7 persen menjadi Rp101 miliar dari Rp51 miliar.
“Bank juga membukukan kenaikan pendapatan recovery fee aset mencapai lebih dari 7x menjadi Rp142 miliar sebagai upaya Bank dalam melakukan perbaikan aset secara intensif dalam satu tahun terakhir. Di tengah menguatnya pasar di sepanjang kuartal pertama 2023, Bank membukukan kenaikan pendapatan fee-based sebesar 30,6 persen secara kuartal-an,” ujar Taswin.
Untuk total kredit, Maybank Indonesia juga mengalami pertumbuhan 7,7 persen menjadi Rp107,22 triliun dari Rp99,52 triliun yang didukung pertumbuhan kredit CFS Ritel sebesar 14,6 persen menjadi Rp40,10 triliun dari Rp34,98 triliun, dan kredit Global Banking yang tumbuh 11,4 persen menjadi Rp39,29 triliun dari Rp35,26 triliun.
“Kredit CFS Ritel bertumbuh di seluruh segmen yaitu, pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 26,1 persen menjadi Rp20,54 triliun dari Rp16,29 triliun, bisnis kartu kredit & KTA tumbuh 20,6 persen yoy dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 2,2 persen yoy,” kata dia.
Di samping itu, Kredit CFS Non-Ritel mengalami penurunan 5,0 persen menjadi Rp27,83 triliun dari Rp29,28 triliun karena segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,6 persen, sementara kredit segmen SME+ relatif stabil.” Namun, kredit segmen Retail Small Medium Enterprises (RSME) masih terus bertumbuh sebesar 2,3 persen menjadi Rp12,74 triliun dari Rp12,46 triliun,” ungkapnya.
Baca juga: Maybank Indonesia kembangkan bisnis UMKM sebagai basis pertumbuhan
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023