Asuncion (ANTARA) - Santiago Pena (44), ekonomi dari dari partai konservatif meraih kemenangan besar dalam pilpres Paraguay pada Minggu, semakin memperkuat dominasi Partai Colorado di negara itu, dan sekaligus meredakan kekhawatiran akan putusnya hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Taiwan sempat terancam akan kehilangan Paraguay karena calon presiden dari pihak oposisi, Efrain Elegre, sebelumnya menegaskan bahwa apabila memenangi pemilihan umum presiden, maka ia akan mengalihkan hubungan ke China.
Pena, yang sudah berjanji untuk mempertahankan hubungan diplomatik dengan Taiwan, meraih 42,7 persen suara dari total 99,9 suara yang sudah dihitung, unggul 15 persen dari saingannya Efrain Alegre.
"Terima kasih atas kemenangan (Partai) Colorado ini, terima kasih atas kemenangan Paraguay," kata Pena dalam pidatonya. Alegre pun mengakui hasil pilpres tersebut.
Presiden Paraguay saat ini, Mario Abdo, menyampaikan selamat atas kemenangan Pena sebagai "presiden terpilih" dan ucapan selamat juga datang dari Brazil dan Argentina.
Para kandidat Partai Colorado yang berhaluan kanan juga meraih kemenangan mutlak dalam pemilihan kongres dan gubernur dan beberapa propinsi mencatat rekor kemenangan besar atas saingan dari partai oposisi.
Hasil pilpres tersebut membuat Pena akan menghadapi tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian, mengurangi defisit fiskal dan mengatasi tekanan yang terus meningkat dari produsen kedelai dan daging sapi yang ingin meninggalkan Taiwan demi pasar China yang lebih besar.
"Banyak yang harus kita kerjakan setelah ekonomi yang stagnan dalam beberapa tahun terakhir, defisit fiskal, tugas yang menunggu kita bukan hanya untuk seorang individu atau partai," kata Pena dalam pidato kemenangan.
Hasil pilpres tersebut juga memperlihatkan dominasi Partai Colorado yang sudah berkuasa selama 75 tahun dan mempunyai mesin kampanye yang kuat, meski berada di tengah ketidakpuasan sebagian pemilih atas pelambatan ekonomi dan dugaan korupsi.
"Sekali Colorado, tetap Colorado," kata Eugenio Senturion (65 tahun), yang memilih di kawasan Jara, Asuncion.
Meski demikian, tidak semua pemilih merasa puas yang tercermin dari suara yang diperoleh tokoh populis Paraguayo Cubas, yang secara mengejutkan meraih hampir 23 persen suara dan berada di urutan ketiga.
Hasil yang diraih Cubas memperlihatkan dukungan luas terhadap kandidat yang anti-kemapanan di negara Amerika Latin itu.
"Saya khawatir dengan tingginya angka kejahatan. Semua kandidat bagi saya sama saja. Tidak ada yang berubah," kata Maria Jose Rodas, seorang ibu berusia 34 tahun dengan tiga anak.
Di sekolah Mariscal Francisco Solano Lpez yang berada di Ibukota Asuncion, Ramona Oddone merupakan orang pertama yang memberikan suara dan ia berharap akan adanya perubahan menuju arah baru.
"Coba lihat anak-anak muda yang ikut memberikan suara, itu memperlihatkan bahwa masyarakat ingin perubahan," kata pensiunan guru berusia 79 tahun itu kepada Reuters. "Mereka butuh pekerjaan dan saya membutuhkan kondisi pensiunan yang lebih baik."
Partai Colorado sudah mendominasi politik Paraguay, negara Amerika Selatan yang tidak punya pantai itu, sejak 1950-an. Tapi popularitas partai tersebut mulai memudar seiring pelambatan ekonomi serta maraknya skandal korupsi.
Perdebatan menjelang pemilu diwarnai dengan masalah ekonomi, dugaan korupsi dan pandangan para kandidat soal hubungan dengan Taiwan.
Paraguay merupakan satu dari hanya 13 negara yang mempertahankan hubungan diplomatik dengan Taiwan, pulau yang mempunyai pemerintahan demokratis dan dianggap oleh China sebagai wilayah mereka.
Kantor perwakilan Taiwan di Asuncion menyampaikan ucapan selamat kepada Pena, mewakili pemimpin Tsai Ing-wen.
"Berdasarkan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan serta persahabatan secara tradisional antara kedua pihak, kami akan melanjutkan kerja sama lebih erat dengan pemerintahan baru Paraguay," demikian disampaikan perwakilan Taiwan di Asuncion.
Sementara itu kandidat presiden lainnya Alegre mengecam hubungan dengan Taiwan karena membuat produsen kedelai dan daging sapi kesulitan untuk menjual produk mereka ke China, salah satu pangsa pasar terbesar dunia.
Fiorella Moreno (23) penjual es krim, menyatakan bahwa ia merasa tidak ada satu pun dari kandidat yang memberikan harapan bagi generasinya.
"Saya tidak ikut memilih, saya merasa semuanya mengalami kemunduran. Namun dengan tidak memilih membuat saya menjadi bagian dari masalah," katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Perempuan Paraguay bangkit menerobos batasan dalam arena politik
Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023