Jakarta (ANTARA News) - Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Front Persatuan Perjuangan Rakyat Papua Barat (Pepera-PB) kembali melakukan aksi demonstrasi menuntut PT Freeport Indonesia ditutup. Massa yang terdiri dari puluhan mahasiswa tersebut melakukan orasi di kantor PT Freeport Indonesia, Plasa 89 Kuningan Jakarta, Senin, menuntut agar alam dan adat Papua tidak dirusak dan diekploitasi, khususnya yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. "Kami menuntut PT Freeport Indonesia ditutup karena baik itu kementerian lingkungan hidup, Komisi Pemberantasan Korupsi dan sejumlah LSM telah menyatakan adanya kejahatan sejak proses eksplorasi pertambangan dimulai," kata juru bicara aksi, Arkilaus Bau, di sela-sela aksi. Karena itu penyelesaian masalah Freeport harus dilakukan dengan dialog "segitiga" antara pemerintah Indonesia, masyarakat Papua, dan pihak PT Freeport Indonesia. Dengan mengenakan pakaian adat, membawa beberapa lukisan khas Papua, massa membawa beberapa spanduk yang menuntut agar dialog "segitiga" segera dilakukan, dan dilakukannya audit seluruh kejahatan yang terjadi di Papua. "Pertemuan segitiga harus dilakukan secara terbuka di hadapan rakyat Papua untuk menghindari upaya terselubung yang cenderung mengatasnamakan orang Papua. Dialog di Papua juga merupakan cara untuk menunjukan kepada publik bahwa di Papua benar-benar ada demokrasi," kata salah satu orator dalam aksinya. Selain berorasi, massa juga melakukan "happening art" sepak bola. Beberapa orang memerankan tim Indonesia, dan tim lawan Amerika Serikat yang memperebutkan bola. Layaknya pertandingan menjelang Piala Dunia, mereka memperebutkan bola yang digambarkan sebagai emas hasil pertambangan PT Freeport Indonesia. Massa juga mengeluhkan tanah, air dan udara yang seharusnya menjadi ketentraman bagi manusia, tapi tidak lagi dapat dirasakan masyarakat Papua. Hal itu dikarenakan dilakukannya penebangan pohon secara sembarangan, gunung digusur, air dicemari oleh pembuangan sisa-sia produksi. "Wilayah gunung-gunung tak lagi subur karena tanah tak lagi menyimpan mineral yang bermutu. Pegunungan menjadi gersang karena di gali, tumbuhan menjadi tidak mau tumbuh namun terpaksa tumbuh di tengah tanah yang telah gersang," tambah Arki. Karena itu, masalah Freeport harus diselesaikan dengan damai di antaranya tidak harus dipolitisir dengan cara re-nogosiasi kontrak karya dan evaluasi pertambangan secara menyeluruh menjadi konkret jika PT Freeport ditutup. Menurut mereka, adanya konsolidasi elite baik pemerintah Jakarta, Papua dan lainnya yang menyuarakan re-negosiasi atau nasionalisasi terhadap Freeport, adalah rangkaian metode kooperatif yang bagi rakyat Papua tetap tidak ada perubahan. Aksi yang digelar sejak pukul 10.00 WIB di Kantor Freeport, Plasa 89 Kuningan Jakarta, direncanakan berlangsung hingga Senin sore. (*)
Copyright © ANTARA 2006