Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta menguat 25 poin menjadi Rp9.240/9.245 pada awal sesi pagi, dibandingkan dengan posisi penutupan akhir pekan lalu pada level Rp9.265/9.280 per dolar AS menyusul pembelian rupiah oleh para pelaku lokal.
"Pelaku pasar membeli rupiah ketimbang dolar AS, setelah keluarnya data yang memperlihatkan perekonomian AS ternyata hanya mampu menyerap 75.000 penganggur, sehingga menunjukkan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS," kata analis PT Bank Mega, Adrian, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi AS terutama terlihat dari eksportir Jepang, karena pasar utama dari ekspor produk Jepang adalah Amerika Serikat.
Namun sebagian pelaku juga khawatir dengan rencana pemerintah AS untuk membiarkan dolar AS melemah di pasar global untuk menekan defisit transaksi berjalan AS yang selama terus membengkak, katanya.
Rupiah, menurut Adrian, berpeluang untuk menguat lebih jauh, apabila kondisi ini terus terjadi yang didukung pula oleh aktifnya pelaku asing bermain di pasar modal maupun SBI.
Karena itu, Bank Indonesia (BI) diharapkan memberikan dukungan positif dengan masuk pasar dan membeli dolar AS, sehingga kenaikan rupiah akan terus meningkat, katanya.
Mata uang lokal itu, ketika pasar dibuka langsung menguat di posisi Rp9.250 per dolar AS, bahkan menjelang penutupan sesi pagi kembali naik hingga mencapai Rp9.240 per dolar AS, meski aktifitas pasar masih belum ramai.
Namun kecenderungan pasar menunjukkan bahwa rupiah akan terus menguat hingga penutupan sore, meski Bank sentral AS menurut rencana akan menaikkan suku bunganya untuk mengatasi inflasi yang terus meningkat, tuturnya.
Dolar AS turun terhadap yen menjadi 111,60 yen dibanding hari sebelumnya 112,75 yen, dan euro jadi 144,35 yen dari 144,40 yen dan 1,2935 dolar dari 1,2972 dolar.
Sementara itu, Gubernur BI Burhanuddin Abdullah mengemukakan Bank Indonesia akan konsisten menurunkan BI rate, meski laju inflasi Mei meningkat dibanding bulan sebelumnya.
"Keyakinan itu (untuk menurunkan suku bunga) masih ada dan sangat kuat tetapi apakah akan secara terus menerus kita lihat minggu depan dalam rapat Dewan Gubernur BI," katanya.
Menurut Burhanuddin, inflasi bulan Mei kemarin sebesar 0,37 persen (dibanding April 0,03 persen) masih tidak sebesar pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga diperkirakan inflasi hingga akhir tahun ini masih bisa mencapai 7 - 8 persen. (*)
Copyright © ANTARA 2006