Telur ini memiliki khasiat anti terhadap berbagai macam penyakit, di antaranya adalah penyakit flu burung, antitetanus dan antidiare,"

Bogor (ANTARA News) - Guru besar Institut Pertanian Bogor Prof Retno D Soejoedono menemukan telur "Immunoglobulin Y" (Ig Y), yang bisa digunakan untuk memproduksi antibodi.

"Telur ini memiliki khasiat anti terhadap berbagai macam penyakit, di antaranya adalah penyakit flu burung, antitetanus dan antidiare," katanya di Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.

Ia menjelaskan, telur ayam yang dapat dijadikan sebagai pabrik biologis yang bisa digunakan untuk memproduksi antibodi, juga dapat digunakan sebagai imunoterapi (imunisasi masif).

Retno D Soejoedono, ahli Kedokteran Hewan IPB itu melakukan uji coba pada telur, didasari karena telur ayam memegang peranan penting dan strategis dalam menopang kesehatan masyarakat.

Apalagi, telur ayam merupakan sumber protein hewani yang sangat tinggi, murah, mudah disimpan dan diolah serta terjangkau oleh berbagai berbagai kalangan masyarakat.

Selain itu, menurut dia, juga sejalan dengan isu "animal welfare".

Hasil karya ciptanya itu, saat ini dalam proses tahap dipatenkan.

Ia berharap karyanya dapat segera diaplikasikan pada kalangan industri, bahkan usaha ternak skala kecil.

Menurut dia, sebetulnya sudah ada pihak yang melirik terhadap hasil karya ciptanya itu dari luar negeri, namun ia masih ingin melihat karyanya dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

Dikemukakannya bahwa keuntungan teknologi "Ig Y" ini dibandingkan dengan penggunaan pada kelinci atau mamalia lain sebagai produsen antibodi dengan telur, pemeliharaan ayam nisbi murah.

Selain itu, koleksi telur tidak menyakiti hewan dibandingkan dengan pengambilan darah, sehingga sejalan dengan "animal welfare".

Sebutir telur temuannya itu mempunyai kandungan 50 hingga 100 mg Ig-Y setara dengan 200 mg Ig-G/40 ml darah yang dihasilkan dalam sekali pemanenan darah kelinci.

"Sehingga telur sebagai pabrik antibodi dapat dikatakan sebagai proses pemanenan yang sangat sederhana," paparnya.

Selain itu, telur juga dapat disimpan dengan mudah dalam jangka waktu yang nisbi lama, menghasilkan respon imun yang spesifik dan tidak memiliki efek samping karena tidak bereaksi dengan Ig-G mamalia, tukasnya.

(A035/C004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013