Khartoum (ANTARA) - Suara serangan udara, senjata antipesawat tempur dan artileri dapat terdengar di Khartoum pada Sabtu pagi, serta asap hitam tampak dari sebagian wilayah kota tersebut, saat pertempuran di Sudan memasuki pekan ketiga.
Pertempuran antara tentara dengan pasukan paramiliter berlanjut dengan serangan udara, tank dan artileri yang mengguncang Khartoum dan kota Bahri dan Ombdurman yang berada di sekitarnya, meskipun ada pengumuman perpanjangan gencatan senjata selama 72 jam pada Jumat (28/4).
Ratusan orang tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi untuk menyelamatkan diri dalam perebutan kekuasaan antara tentara dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang meletus menjadi kekerasan pada 15 April.
Peperangan itu juga menghambat upaya transisi yang didukung secara internasional menuju pemilu yang demokratis di Sudan.
Pertempuran tersebut juga menimbulkan kembali konflik berusia dua dekade di wilayah Darfur barat, di mana banyak korban dilaporkan tewas pada pekan ini.
Tentara telah mengerahkan jet atau drone untuk melawan pasukan RSF di kawasan sekitar ibu kota. Banyak warga terjebak di antara perang kota dengan sedikit makanan, bahan bakar, air dan listrik.
Baca juga: Muhammadiyah kerahkan tim bantu WNI dari Sudan
Setidaknya 512 orang tewas dan hampir 4.200 lainnya mengalami luka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Angka yang sebenarnya diyakini lebih tinggi dari itu.
Lebih dari 75 ribu orang mengungsi di Sudan hanya pada pekan pertama pertempuran, menurut PBB. Hanya 16 persen rumah sakit beroperasi normal di ibu kota.
Gencatan senjata terbaru, ditengahi oleh pihak negara asing, seharusnya berlangsung hingga Minggu tengah malam.
Baca juga: Mahasiswa Minang di Sudan dibantu Pemprov Sumbar kepulangannya
RSF menuduh tentara melanggar gencatan itu dengan melakukan serangan udara di Omdurman, kota kembar Khartoum di pertemuan sungai Nil Biru dan Putih, dan Gunung Awliya.
Sementara tentara menyalahkan pihak RSF yang melakukan pelanggaran.
Kekerasan itu telah membuat puluhan ribu mengungsi ke perbatasan Sudan dan mengancam akan menimbulkan ketidakstabilan di seluruh wilayah Afrika yang bergejolak antara Sahel dan Laut Merah.
Sejumlah pemerintah asing telah mengevakuasi diplomat dan warga mereka demi keselamatan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk dengan melalui jalur udara.
Baca juga: Garuda evakuasi WNI di Sudan jalankan mandat sebagai maskapai nasional
Pemerintah Inggris mengatakan akan mengakhiri evakuasi pada Sabtu karena permintaan untuk tempat di pesawat menurun.
Pemerintah Amerika Serikat mengatakan ratusan warganya telah meninggalkan Sudan melalui darat, laut dan udara.
Sebuah konvoi bus membawa 300 warga Amerika meninggalkan Khartoum pada Jumat dalam perjalanan sejauh 850 kilometer ke Laut Merah dalam upaya evakuasi pertama yang diatur AS untuk warga negaranya, menurut laporan New York Times.
Di Darfur, setidaknya 96 orang tewas sejak Senin akibat kekerasan antarwarga yang dipicu oleh konflik tentara-RSF, menurut keterangan juru bicara kantor hak asasi PBB, Ravina Shamdasani.
Baca juga: Warga Riau yang dievakuasi dari Sudan sudah tiba di Jakarta
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023