"Hari ini ada enam pesawat dengan total 13 crew ikut kegiatan cross country dari Yogyakarta ke Jember," kata Ketua Jogja Flying Club Candra Agus saat ditemui di Bandara Notohadinegoro Jember, Sabtu.
Menurutnya kegiatan cross country yang dilakukan tersebut merupakan program rutin yang dilakukan Jogja Flying Club dengan tujuan untuk melatih navigasi jarak sedang untuk para pilot yang tergabung dalam komunitas yang dinaungi Federasi Aero Sport Indonesia Daerah (Fasida) Yogyakarta itu.
"Rute Yogyakarta-Jember merupakan rute jarak sedang yang paling ideal dibandingkan di daerah lain dengan jarak tempuh penerbangan dengan pesawat microlight hanya sekitar 2 jam 10 menit," tuturnya.
Ia mengatakan kegiatan cross country dilakukan Jogya Flying Club di Bandara Notohadinegoro bukan pertama kalinya karena pihaknya sudah terbang beberapa kali ke bandara Jember untuk melatih navigasi para pilot.
"Semua pesawat microlight dalam kondisi prima karena kami selalu mengecek mesin dan kondisi kelaikan pesawat sebelum diterbangkan menuju ke tempat tujuan," katanya.
Penerbangan pesawat microlight harus memperhatikan berbagai faktor demi keamanan
dan kenyamanan, misalnya cuaca atau kecepatan angin terutama saat membawa penumpang masyarakat umum.
Jogja Flying Club diresmikan pada Maret 2004 oleh Marsdya TNI (Purn) Eris Herryanto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Lanud (Danlanud) Adisutjipto dan komunitas itu menjadi wadah bagi orang-orang berbagai latar belakang yang tertarik terbang maupun menerbangkan pesawat jenis microlight.
Ada dua jenis pesawat microlight yakni flexible wing dan fixed wing. Flexibel wing mengacu pada pesawat trike yang memiliki sayap segitiga seperti gantole, sedangkan fixed wing pesawat dalam bentuk mini yang memiliki dua seat kokpit berdampingan untuk pilot dan co-pilot.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023