Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai hari pertama penambahan durasi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), dampaknya belum terasa.
"Secara nilai, volume, dan frekuensi transaksi perdagangan saham hari pertama tidak menunjukan perubahan yang signifikan dibandingkan hari-hari sebelumnya ketika jam perdagangan belum diubah," ujar Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, hal itu mungkin karena beberapa pelaku pasar saham masih dalam suasana libur akhir tahun, diharapkan dengan adanya penambahan jam perdagangan dapat meningkatkan likuiditas pasar saham Indonesia.
"Kita berharap agar penambahan jam perdagangan ini akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas pasar saham domestik," kata dia.
Analis Trust Securities Reza Priyambada menambahkan, tambahan durasi perdagangan saham di BEI dengan memajukan jam di awal perdagangan untuk hari pertama ini belum terlihat dampaknya.
Ia mengatakan, dari sisi transaksi dan volume perdagangan masih cenderung stabil belum ada peningkatan yang signifikan. Kemungkinan, dampaknya akan terasa ketika indeks BEI mengalami tekanan, apakah dalam kondisi itu terjadi kenaikan transaksi atau tidak.
"Kalau indeks BEI turun, kemungkinan baru terlihat nilai, volume, dan frekuensinya," kata dia.
Sementara, Direktur Utama BEI Ito Warsito mengharapkan, rata-rata transaksi harian di 2013 ini dapat mencapai Rp5,5 triliun. Jumlah tersebut naik 22,2 persen dari rata-rata transaksi harian di tahun sebelumnya yang sebesar Rp4,5 triliun.
Ia menambahkan, rata-rata transaksi juga akan meningkat dipicu juga dari dana investor asing ke pasar modal dalam negeri yang masih dinilai positif.
"Terutama di `secondary market` termasuk Indonesia, investor asing selalu mencatatkan `net buy`. Investor asing sejak 2006 lalu selalu menambah investasinya, tidak pernah investor asing meninggalkan Indonesia, jumlah mungkin tidak bertambah karena mereka institusi, tetapi uang mereka besar sekali," kata Ito.
Ia menilai, pertumbuhan pasar modal Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan pasar modal di Asia Tenggara seperti Singapura yang indeksnya hingga saat ini belum pulih.
"Kalau dari sisi pertumbuhan pada 2012 lalu kita kalah dari Filipina dan Thailand. Tetapi, kalau kita lihat dari 2008 sebagai `start` bersama yang semuanya kena krisis, kita masih lebih baik dari Thailand, Filipina, Singapura, dan Malaysia. Bahkan Singapura belum `recover` belum kembali ke titik tertinginya," papar Ito.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013