Palu (ANTARA) - Ratusan warga di Kelurahan Baru, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah menggelar tradisi budaya Lebaran Mandura 7 Syawal usai Idul Fitri 1444 Hijriah, Jumat (28/4) malam.

Tradisi Lebaran Mandura merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh warga setempat pada sepekan Idul Fitri.

Mandura sendiri merupakan makanan khas suku Kaili yang terbuat dari beras ketan disajikan setiap Lebaran Idul Fitri.

Ketua Adat Kampung Baru, Husen Saleh mengatakan, Mandura terbuat dari beras ketan dan terdiri dari tiga warna memiliki makna tersendiri.

Ia menjelaskan, warna merah berarti berani menegakkan kebenaran dan mampu mengakui kesalahan dan di momen Idul Fitri diartikan untuk saling merangkul serta saling memaafkan.

Husen melanjutkan, warna putih berarti suci bersih, hati merasa ikhlas, sehingga apapun kesalahan secara ikhlas akan saling memaafkan. Kemudian, warna hitam sebagai simbol keadilan dan kejujuran.

"Tradisi Lebaran Mandura sebagai ajang mempererat tali silaturahmi setelah Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah, " katanya.

Menurut dia, seiring dengan berjalannya waktu, Lebaran Mandura ini kemudian dirangkaikan dengan Festival Kampung Baru Fair yang merupakan kegiatan yang digagas oleh muda - mudi Kelurahan Baru.

Rangkaian acara Lebaran Mandura sendiri diawali sejak Jumat (28/4) sore dengan masyarakat melakukan pawai Mandura.

Nampak puluhan warga baik pengendara kendaraan roda dua dan roda empat juga mengikuti rangkaian pawai hingga titik akhir.

Kegiatan dimulai dengan satu unit mobil pick-up khusus berisikan ratusan mandura yang dibuat khusus dan ditata rapi berbentuk piramid, serta dihiasi berbagai pernak-pernik agar terlihat menarik.

Baca juga: Warga Melayu Kalbar masih lestarikan tradisi makan ketupat Lebaran

Selanjutnya mobil tersebut membawa mandura berkeliling mengelilingi daerah sekitar Kelurahan Baru, Kota Palu. Kemudian, sekitar pukul 19.30 WITA, rangkaian acara dilanjutkan dengan warga setempat melakukan pawai obor.

Ketua Panita, Akbar, mengatakan, pawai Mandura serta pawai obor merupakan tradisi khas masyarakat Kota Palu, khususnya juga di Kelurahan Baru untuk menyemarakkan Lebaran Mandura tersebut.

Ia mengharapkan dengan dilakukannya hal tersebut, semakin banyak masyarakat yang mengenal Mandura yang merupakan makanan khas suku Kaili.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Palu, Reny A Lamadjido mengapresiasi serta memberikan penghargaan kepada warga Kampung Baru yang terus mempertahankan dan melestarikan tradisi Lebaran Mandura.

Menurut dia, kegiatan tersebut telah dimasukkan dalam kalender pariwisata oleh Dinas Pariwisata Kota Palu untuk memperkenalkan keanekaragaman budaya daerah.

"Makna yang terkandung dalam kegiatan ini adalah kebersamaan dan persaudaraan yang dipadukan dengan kegiatan modern, kami mengapresiasi kerja keras masyarakat menyukseskan acara ini," katanya.

Wakil Wali Kota Palu juga mengajak warga setempat menggelorakan kembali budaya gotong royong karena budaya ini merupakan fundamental bangsa, sehingga dipandang perlu dipertahankan keberlangsungannya.

Adapun, Kampung Baru Fair yang ke-delapan juga merupakan tradisi rutin tahunan bagi masyarakat Kampung Baru setelah lebaran. Kegiatan tersebut dikemas dengan nuansa religi dengan menghadirkan sedikitnya 20 Unit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) serta memiliki beberapa kegiatan menarik lainnya.

Kegiatan tersebut akan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 28 April hingga 30 April 2023.


Baca juga: Warga Gorontalo masak nasi jaha untuk menu Lebaran Ketupat

Baca juga: Suku Banjar laksanakan tradisi "Batumbang Apam" rayakan Lebaran

Pewarta: Nur Amalia Amir
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023