Tahun 2013 akan menjadi saksi dari sekian banyak perubahan radikal yang akan diterapkan, langkah terpenting adalah bagaimana kita menjelma menjadi raksasa ekonomi,"
Seoul (ANTARA News) - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un pada Selasa menyerukan sebuah perubahan radikal untuk perekonomian negaranya, lewat pidato Tahun Baru yang jarang dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.
Pidato Kim yang disiarkan oleh televisi pemerintah Korut adalah yang pertama kali dalam 19 tahun terakhir, sejak wafatnya kakek Kim yang merupakan Presiden pertama Korea Utara, Kim Il-Sung.
Ayahnya, Kim Jong-Il, hampir tidak pernah berbicara langsung kepada rakyatnya.
"Tahun 2013 akan menjadi saksi dari sekian banyak perubahan radikal yang akan diterapkan, langkah terpenting adalah bagaimana kita menjelma menjadi raksasa ekonomi," kata Kim.
Dengan memuji keberhasilan ilmuwan ruang angkasa Korut dalam meluncurkan roket jarak jauh bulan lalu, Kim mengatakan upaya seperti itu juga harus dilakukan di bidang ekonomi.
"Seluruh entitas di negara ini harus bekerja keras semaksimal mungkin pada tahun ini demi membangun sebuah raksasa ekonomi dan meningkatkan standar hidup rakyat ," katanya.
Tetapi Kim tidak menjelaskan arah kebijakan tertentu guna mencapai tujuan itu, mengingat Korut sendiri terisolasi dengan berbagai sanksi PBB dan sangat bergantung kepada China dalam hal perdagangan luar negeri.
Ketika Kim Jong-Il meninggal pada Desember 2011, Korea Utara berada dalam kondisi perekonomian yang memprihatinkan akibat kebijakan berioritentasi militer yang dijalankannya. Hal itu juga disertai dengan ambisi program nuklir yang menghabiskan dana rakyat.
Meskipun ada peningkatan dari segi ketersediaan pangan, kehidupan jutaan warga Korut masih dihantui dengan masalah malnutrisi, berdasarkan laporan terakhir dari Program Pangan Dunia (WFP).
Pidato Kim itu akan dipantau secara seksama oleh Korea Selatan, yang baru saja memilih seorang presiden wanita pertamanya, Park Geun-Hye, dari partai konservatif yang sebelumnya telah menyatakan kesiapan untuk membina hubungan lebih baik lagi dengan Pyongyang.
Pernyataan Kim juga terkesan pro normalisasi karena dia mendesak agar ketegangan antar negara di Semenanjung Korea itu segera diturunkan.
"Masalah penting lain adalah mengakhiri perpecahan antar negara dan mencapai reunifikasi untuk menghilangkan konfrontasi antara Korut dan Korsel," tegas Kim dalam pidatonya.
"Rekam jejak masa lalu dari hubungan kedua negara korea menunjukkan bahwa konfrontasi antar sesama kita tidak menghasilkan apa-apa selain peperangan," katanya.
Tetapi dalam pidato itu Kim juga menekankan bahwa membangun perekonomian tidak berarti bergeser dari kebijakan pro-militer yang digagas ayahnya.
"Militer merupakan kekuatan nasional yang mewakili sebuah negara. Hanya dengan membangun militer yang kuat lah sebuah negara dapat berkembang menjadi lebih hebat lagi," katanya.
(P012/H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013