yang tidak melaporkan diri akan dikenai denda administratif Rp500.000
Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya mengimbau warga perantauan yang tinggal di Kota Pahlawan, Jawa Timur, agar segera melapor keberadaannya kepada Ketua RT/RW setempat.

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya Agus Imam Sonhaji di Surabaya, Jumat, mengatakan, imbauan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 42 ayat 1 Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Adminduk).

"Oleh karena itu bagi para penduduk perantauan agar segera melaporkan dirinya dengan segera, supaya pemerintah kota bisa mengetahui keberadaan tinggal mereka dan kebutuhan mereka terhadap identitas terkini akan tercukupi," katanya.

Menurutnya, jika sebagian orang masih mengira bahwa ada produk identitas penduduk yang bernama Kartu Identitas Penduduk Musiman (Kipem). Padahal, lanjut dia, semenjak terbitnya UU Nomor 23 tahun 2006, sudah tidak ada lagi identitas penduduk lebih dari satu karena sudah diterapkan single identity number berupa NIK (Nomor Induk Kependudukan).

"Sehingga sudah tidak ada lagi Kipem yang sifatnya juga sebagai kartu identitas di luar KTP. Oleh karena itu, bagi penduduk perantauan di Surabaya harus melaporkan dirinya kepada pemerintah kota melalui Ketua RT/RW setempat untuk dicatat dalam pelayanan pendaftaran penduduk," ujarnya
Baca juga: RT/RW di Jakarta pastikan punya tiga kepastian dari warga pendatang

Peraturan tersebut, kata Agus, sebagaimana termaktub dalam Pasal 42 ayat 1 Perda Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

"Setiap penduduk non-permanen yang tinggal wajib melapor kepada Ketua RT/RW atau pengelola/manajemen apartemen, rumah susun atau sejenisnya dengan menyerahkan fotokopi KTP-el atau Kartu Keluarga (KK)," ucapnya.

Agus lantas menjabarkan persyaratan yang diperlukan bagi warga perantauan untuk melaporkan diri sebagai penduduk non-permanen. Pertama adalah dengan membawa KTP-el atau KK, kedua yakni melampirkan Surat Pernyataan tidak keberatan penggunaan alamat dalam dokumen kependudukan dari pemilik rumah.

"Surat Pernyataan itu diketahui oleh Ketua RT, Ketua RW dan/atau pengelola/manajemen apartemen, rumah susun atau sejenisnya. Apabila alamat tinggal baru bukan merupakan milik pemohon," kata Agus.

Baca juga: Warga pendatang usai Lebaran diminta punya keahlian dan keterampilan
Baca juga: Perpindahan warga ke Jakarta karena dipicu baiknya layanan sosial

Selain itu, kata dia, warga perantauan yang tinggal di Kota Surabaya, juga dapat melengkapi syarat pelaporan dengan sejumlah dokumen pendukung lainnya seperti di antaranya, surat tugas, surat keterangan dari instansi pendidikan dan surat keterangan dari instansi atau perusahaan.

"Selain itu juga bisa (dilengkapi) dengan surat keterangan berobat dan surat pengantar dari RT/RW," katanya.

Setelah melakukan pelaporan kepada Ketua RT/RW setempat, Agus menyebutkan, bahwa dalam Pasal 40 Perda Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2019 dijelaskan, jika setiap penduduk non-permanen akan mendapatkan bukti pendataan.

"Bukti pendataan penduduk non-permanen tersebut diterbitkan oleh Dispendukcapil Surabaya dan bukti tersebut wajib dibawa saat berpergian," ujarnya.

Apabila tidak membawa bukti pendataan, warga non-permanen akan dikenakan sanksi administratif berupa denda Rp100.000. Besaran sanksi administratif ini, sebagaimana diatur dalam Pasal 112 Perda Kota Surabaya No 6 Tahun 2019.

"Sedangkan bagi penduduk non-permanen yang tidak melaporkan diri akan dikenai denda administratif Rp500.000, mengacu pada Pasal 107 ayat 3," ucapnya.

Baca juga: Perpindahan warga ke Jakarta karena dipicu baiknya layanan sosial

Baca juga: Pemkab Sumenep perketat pengawasan warga pendatang

Baca juga: PJ Gubernur DKI: Penanganan kemiskinan terkendala penambahan pendatang

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023