Yogyakarta (ANTARA News) - Kemeriahan malam tahun baru  identik dengan pesta kembang api, petasan dan panggung, tapi tidak bagi sebagian penduduk Desa Kwagon, Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Selompok pemuda desa ini lebih memilih menikmati pergantian malam tahun baru dengan tradisi lek-lekan alias tidak tidur semalam suntuk.

Mereka mengisi waktu semalam suntuk dengan bermain kartu, ditemani secangkir kopi dan camilan-camilan seperti kue bolu, risol dan lemper.

Ketua Kelompok RT 02 Karang Kwagon, Sukarjo (48) menjelaskan lek lekan adalah tradisi warga kampungnya yang biasanya dilakukan di pos ronda, balai desa atau di depan rumah.

Kali ini, lek lekan diadakan di salah satu pekarangan rumah warga desa. Beberapa tiker digelar di ruang tengah berukuran 10x10 meter.

Sekitar 30 warga desa yang semuanya laki-laki ini menghadiri lek lekan untuk merayakan pergantian malam tahun baru.  Mereka membagi diri ke dalam setiap lima orang membentuk lingkaran dan bermain gaple.

"Ya kuat-kuatan sampai pagi," ujar Sukarjo.

Keadaan kain seru ketika salah satu pemain kalah. Teriakan bersahutan dengan suara tokek dari pinggir sawah meramaikan desa yang sepi dibawah suara rintik hujan.

"Kalau tidak hujan biasanya ada pesta kembang api. Tapi tahun ini kami tidak beli," ujar Arga Prasetya (22), seorang warga di situ.

Tepat pukul 24.00 WIB, suara petasan, kembang api terdengar bersahutan dari beberapa desa tetangga.

"Meskipun sederhana, namun tradisi semacam ini dapat mempererat tali silaturahmi dan kekeluargaan warga  kampung," kata Arga.  

(tri)

Pewarta: Tria Dianti
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013