Jakarta (ANTARA News) - Bursa kandidat Ketua Umum DPP PPP mulai menghangat di kalangan kader partai berlambang Ka`bah ini, sekalipun Muktamar PPP baru akan diselenggarakan tahun 2007. Informasi yang dihimpun dari kalangan PPP di Jakarta, Minggu, menyebutkan sejumlah nama mulai disebut-sebut akan mengikuti rivalitas memperebutkan jabatan Ketua Umum PPP. Mereka antara lain Arief Mudatsir Mandan, Endin AJ Soefihara, Alimarwan Hanan, Surya Dharma Ali dan Yunus Yosfiah. Nama-nama tersebut juga mulai ditimang kalangan DPW PPP. DPW PPP Jawa Timur, misalnya, mulai melakukan inventarisasi bakal calon Ketua Umum PPP. DPW PPP Jatim sebagai kantong basis wilayah kantong suara telah menginventarisasi Arief Mudatsir Mandan dan sejumlah nama lain sebagai kandidat ketua umum dalam Muktamar PPP 2007. Wakil Ketua DPW PPP Jatim, HM Buchori Amin, mengemukakan pihaknya telah mencatat sejumlah nama kandidat yang sudah bergulir dan mereka akan meneruskan kepemimpinan PPP menuju Pemilu 2009. "Mereka itu adalah Arief Mudatsir Mandan, Endin AJ Soefihara, Ali Marwan Hanan, Surya Dharma Ali, Yunus Yosfiah. Mereka itu kami sebut kandidat ketua umum PPP," kata Buchori. Namun DPW Jawa Timur tidak akan tergesa-gesa menjagokan seseorang, sebelum figur yang akan diusung benar-benar mampu membangkitkan kejayaan partai tanpa mengubah azas ideologi Islam sebagai prinsip PPP selama ini. Karena itu, motivasi seorang ketua umum harus berhikmat dengan prinsip memimpin partai dalam rangka ibadah dan bukan jabatan yang menjadi tujuannya. "Selain itu, kandidat bisa seorang pengusaha yang tidak berambisi menjadi anggota DPR ataupun menteri kabinet, tetapi ingin statusnya bertambah `grade-nya (tingkatannya, red) karena memimpin PPP, tetapi tidak mencari keuntungan dari partai namun bisa memberi masukan kepada partai," katanya. Tanpa menyebut figur yang dimaksud, Buchori menyatakan sebaiknya Ketua Umum PPP mendatang dipimpin oleh kaum muda sesuai tuntutan PPP yang memerlukan kebangkitan dari sikapnya untuk menciptakan kader yang tangguh membentengi Syariat Islam. Kemunduran PPP Sementara itu, pada Sabtu diselenggarakan seminar bertema "Strategi Reformasi Organisasi dalam Mewujudkan PPP Sebagai Partai Umat yang Modern Menuju Sukses Pemilu 2009" yang menghadirkan pembicara ari DPP PPP, yaitu Arief Mudatsir Mandan, Hafidz Maksum dan DPW Jatim, yang diwakili oleh Buchori Amin. Dalam seminar yang dihadiri kader-kader PPP dan ormas-ormas pemuda, KNPI serta sejumlah ormas lainnya, beberapa peserta mempertanyakan kemunduran PPP baik dalam perolehan suara bahkan mempertanyakan sikap Fraksi PPP di DPR terutama dalam konteks hak angket impor beras kepada Arief Mudatsir dan H A Hafidz Ma`soem sebagai pembicara dari DPP maupun anggota Komisi I DPR. Menurut Hafidz, PPP memang harus dibangkitkan oleh figur yang mampu. Tidak bisa dibantah permasalahannya bahwa PPP belum menunjukkan citra politik partai, sehingga tak memiliki arah politik yang jelas. PPP mudah tergoyahkan oleh politik kekuasaan. "Contoh paling nyata PPP dengan sangat mudah meninggalkan Koalisi Kebangsaan karena terbujuk rayuan untuk menjadi Ketua DPR. Sedangkan dalam hak angket impor beras PPP yang mempelopori justru mundur," katanya. "Publik tentu melihat PPP sebagai partai plin-plan. Karena itu, diperlukan pemimpin partai. Idealnya yang mimpin partai itu jangan kayak saya sudah 55 tahun, tetapi seperti Pak Arief Mudatsir ini baru 48 tahun, dibawah 50 tahun," kata Hafidz. Arief Mudatsir Mandan sendiri sebagai pembicara dalam seminar tidak menyinggung bahwa dirinya berambisi memimpin partai. Namun sebagai pembicara yang sering diundang dalam seminar yang dilakukan DPC PPP baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur tetap mengingatkan bahwa PPP memang memerlukan revitalisasi terutama dalam kepengurusan partai. Mengatasi kelesuan, PPP memang harus direvitalisasi atau dibangkitkan baik ideologinya maupun sistem kaderisasi dan kepengurusannya. "Ideologi Islam boleh direvitalisasi, tetapi ideologi azas Islam PPP tidak boleh ditinggal. Karena PPP dengan ideologi azas Islam tetap menjadi partai terbuka. Sebab Islam prinsipnya rahmatan lil a?`amin (menjadi rahmat untuk sekalian alam). Ideologi Islam itulah yang kita terjemahkan dalam partai," kata Arief. Dalam hubungan itu politisi yang sedang menyelesaikan S3 di Universitas Indonesia (UI) itu tidak membantah sikap berpartai harus jelas dan tegas sehingga tidak" abu-abu" atau tak jelas seperti penilaian orang selama ini terhadap PPP. Sebagai kader yang sangat bersemangat membenahi partai, Arief mengatakan dirinya sedang mempersiapkan konsep agar pendanaan partai bisa turun sampai ke ranting dan menyentuh forum-forum keumatan. "Karena itu, PPP harus mampu menginventarisasi kadernya yang bergerak di dunia usaha. Bidang dunia usaha ini lebih terhormat daripada menjadi legislatif. Golkar itu besar karena banyak kadernya yang bergerak di bidang usaha yang bisa membiayai partai," kata Arief. Menurut dia, sesudah Muktamar 2007 mungkin PPP bisa mewujudkan sistem dan pendanaan partai sampai ke bawah PAC dan ranting. Dalam hubungan kepemimpinan, Arief mengingatkan, supaya memilih orang yang tangguh dan siap memimpin negara. Figur itu tentu orang berkarakter. Orang yang berkarakter individunya harus tunduk pada sistem partai yang ada. Karena itu implementasi revitalisasi memerlukan leadership (kepemimpinan) yang kuat, visinya mampu menggerakkan roda partai, tetapi tunduk kepada sistem. Jika sudah ada sistem dalam partai, tidak ada hak prerogratif kepemimpinan dalam partai. "Kekuatan individu dalam partai harus tunduk pada sistem," kata Arief Mudatsir Mandan. (*)
Copyright © ANTARA 2006