Sydney (ANTARA News) - Australia hari Minggu memperingatkan bahwa pihaknya menentang setiap upaya pemaksaan pencopotan PM Timor Timur (Timtim) Mari Alkatiri, dengan Menlu Australia Alexander Downer menegaskan bahwa tindakan semacam itu akan membuat ketidakstabilan lebih lanjut bagi negara kecil itu. Saat semakin banyaknya polisi Australia dijadwalkan tiba di Timtim untuk memulihkan hukum dan ketertiban, pertikaian pecah kembali di antara gerombolan-gerombolan berbeda etnis di ibukota Dili, Minggu. Keresahan itu, yang hingga sejauh ini telah mengakibatkan 20 nyawa melayang, dimulai bulan lalu setelah Alkatiri memecat 600 tentara negeri itu -- yang memiliki total 1.400 tentara angkatan darat -- yang kemudian mengadakan aksi demonstrasi menuju pada tuntutan agar PM Alkatiri berhenti dari jabatannya. Namun, memecat Alkatiri hanya akan memperburuk situasi saat ini, kata Downer. Adalah penting untuk diingat bahwa partainya PM Alkatiri, Fretilin, memiliki jumlah mayoritas yang sangat jelas di parlemen," kata dia kepada stasiun televisi Australia setelah pulang dari sebuah kunjungan ke Dili. "Partai itu memiliki mayoritas substansial di parlemen, dan jika dia dipaksa dengan entah bagaimana agar mundur, khususnya oleh kekuatan luar, perkiraan saya adalah hal itu akan mendestabilisasi negeri tersebut lebih lanjut." Tambahan 35 polisi Australia dijadwalkan tiba di Timtim, Minggu, sementara sekitar 250 polisi Malaysia juga akan tiba dalam beberapa hari ke depan. Mereka akan mengamankan situasi bekerjasama para petugas keamanan dari Selandia Baru dan Portugal," kata dia. "Polisi internasional sekarang mulai berdatangan," kata Downer. Downer, yang mengatakan bahwa PBB kemungkinan akan mengambil alih kehadiran polisi internasional , membela keberadaan angkatan bersenjata Australia di Timtim, menentang pendapat yang dilontarkan beberapa pihak bahwa kerusuhan dan penjarahan terus berlanjut meskipun terdapat keberadaan mereka. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006