Pembinaan teritorial dan komunikasi sosial itu masih efektif karena menjadi cara mengidentifikasi (KKB)
Jakarta (ANTARA) - Pengamat militer Institute For Security & Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi menilai pembinaan teritorial dan komunikasi sosial masih menjadi pendekatan yang efektif untuk mengidentifikasi kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang kerap berbaur dengan masyarakat di Papua.
Fahmi menjelaskan pembinaan teritorial dan komunikasi sosial juga menjadi cara yang tepat untuk menyebarkan propaganda positif cinta NKRI ke masyarakat.
“Pembinaan teritorial dan komunikasi sosial itu masih efektif karena menjadi cara mengidentifikasi (KKB), sebab ada indikasi KKB berbaur dengan masyarakat, kemudian mereka juga memanfaatkan masyarakat entah itu dengan upaya paksa, bujuk rayu, atau intimidasi,” kata Khairul Fahmi saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Dia menambahkan KKB juga kerap memanfaatkan masyarakat untuk menjadi tameng.
Oleh karena itu, pembinaan teritorial dan komunikasi sosial, menurut Fahmi, menunjukkan bahwa negara hadir dan melindungi rakyatnya.
Dia lanjut menjelaskan pembinaan teritorial dan komunikasi sosial saat ini semakin penting seiring dengan perintah siaga tempur di beberapa tempat yang rawan teror KKB.
Baca juga: Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz: Kondisi pilot yang ditawan KKB sehat
“Operasi (pembinaan) teritorial itu tentunya harus ditingkatkan, begitu juga dengan komunikasi sosial dengan masyarakat, cuma itu semua harus dalam koridor penegakan hukum yang melindungi masyarakat, dan menjamin keselamatan pelaksananya di lapangan,” kata Direktur Eksekutif ISSES.
Walaupun demikian, ia menyampaikan pendekatan-semacam itu perlu dilakukan oleh satuan TNI yang memang tugas utamanya pembinaan teritorial dan komunikasi sosial. Ia menilai pendekatan seperti itu sebaiknya tidak dibebankan kepada satuan-satuan yang tugasnya bertempur.
“Harus ada peran yang lebih relevan, yang bagian-bagian itu bisa kementerian/lembaga lain, atau fungsi-fungsi TNI lain,” kata Fahmi.
Panglima TNI saat jumpa pers di Timika, Papua, minggu lalu (17/4), setelah adanya insiden baku tembak KKB dan pasukan TNI di Mugi-mam, Nduga, Papua, menyampaikan operasi yang humanis di Papua ditujukan untuk melindungi masyarakat.
Akan tetapi, apabila pasukan TNI berhadapan dengan KKB, pendekatan humanis itu tidak tepat diterapkan.
“Operasi humanis itu bukan untuk KKB, itu untuk semua masyarakat Papua. Akan tetapi, jika KKB kontak (senjata, red.), masa kami humanis, ya habis. Kami humanis jika ada masyarakat, bersama-sama masyarakat kami menjaga daerahnya,” kata Panglima TNI.
Laksamana Yudo, pada kesempatan yang sama, menegaskan prajurit TNI dan anggota Polri di Papua bertugas mengamankan wilayah yang rawan teror KKB, dan melindungi masyarakat.
“Kami ditugaskan di sini untuk mengamankan daerah-daerah yang rawan, mengamankan masyarakat dari serangan-serangan KST. Kami ingin masyarakat semua dapat berkegiatan dengan aman, nyaman. Itu tugas kita bersama dengan Polri menjaga keamanan masyarakat,” kata Panglima TNI.
Baca juga: Panglima TNI: Siaga tempur di Papua bukan operasi militer
Baca juga: Kapuspen TNI: Rotasi pasukan di Papua masih dipersiapkan
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023