Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan misi penyelamatan tahap kedua berhasil mengevakuasi 328 warga negara Indonesia (WNI) dari Sudan yang tengah dilanda konflik itu.
Mereka terdiri dari 29 perempuan, lima anak-anak, dan 294 laki-laki. Mereka telah tiba di Kota Port Sudan pada Rabu sekitar pukul 09.30 WIB, setelah menempuh perjalanan darat dari Khartoum, ibu kota Sudan.
“Sebagian besar mereka adalah mahasiswa, terdapat pula pekerja migran Indonesia dengan keluarganya, dan seorang tenaga profesional airlines,” tutur Retno ketika pernyataan pers secara daring mengenai evakuasi WNI dari Sudan.
Keberangkatan para WNI tersebut dipimpin oleh empat staf KBRI Khartoum, dengan menggunakan tujuh bus dan menempuh jalur perjalanan yang sama seperti evakuasi tahap pertama yaitu dari Khartoum melewati Atbara dan Sawakin untuk menuju Port Sudan.
“Selain WNI, evakuasi tahap kedua ini juga membawa tujuh WNA, yaitu enam warga negara Australia dan satu warga negara Sudan,” kata Retno.
Baca juga: Sudah 897 WNI diungsikan dari Sudan
Sebelumnya, pemerintah telah mengungsikan 538 WNI menuju Port Sudan untuk dibawa ke Jeddah, Arab Saudi, melalui jalur laut sebelum diterbangkan ke Indonesia.
Dalam perkembangannya, ternyata terdapat tambahan 31 WNI yang tiba di Port Sudan dari provinsi lain, sehingga total 569 diungsikan dalam evakuasi tahap pertama.
Baca juga: Mahasiswa Palestina sebut perang Sudan mengerikan
“Dari 569 WNI tersebut, 557 orang di antaranya sudah melanjutkan perjalanan melalui laut ke Pelabuhan Jeddah dan telah tiba di Jeddah pada Rabu sekitar pukul 10.00 WIB,” ujar Retno.
Dua belas orang lainnya masih berada di Sudan. Sepuluh di antaranya 10 orang dari KBRI yang tetap tinggal sementara di Port Sudan untuk membantu evakuasi tahap kedua, sedangkan dua lainnya adalah WNI yang masih menunggu penyelesaian dokumen perjalanan.
"Tim dari Kementerian Luar Negeri yang dipimpin oleh Direktur Perlindungan WNI, saat ini juga sedang menyeberang dari Jeddah ke Port Sudan untuk membantu evakuasi tahap kedua serta menyelesaikan segala urusan terkait evakuasi yang sangat rumit ini,” kata Retno.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pertempuran antara tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang terjadi sejak 15 April lalu telah merenggut sedikitnya 459 nyawa dan 4.072 orang terluka.
Konflik mematikan itu dipicu ketidaksepakatan antara SAF dan RSF mengenai reformasi militer.
Pertempuran di Sudan terhenti sementara mulai Selasa (25/4) setelah kedua pihak menyetujui gencatan senjata selama tiga hari sehingga penduduk Sudan bisa menyelamatkan diri, dan negara-negara lain bisa mengungsikan warganya.
Baca juga: Filipina ungsikan 300 warganya dari Sudan
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023