Jakarta (ANTARA News) - Puluhan anggota Aliansi Bhineka Tunggal Ika kembali melangsungkan aksi unjuk rasa di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu untuk menolak penyeragaman budaya. Aliansi yang dipimpin oleh Ratna Sarupaet tersebut menyampaikan keputusan hasil "Curhat Budaya" dengan mengambil tema "Pancasila Rumah Kita" yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (2/6). Dalam hasil perbincangan yang telah disepakati oleh para tokoh adat, budayawan, dan seniman dari berbagai kawasan nusantara seperti NAD, Sumatra Selatan, Jambi, Riau, DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, NTB, Kalimantan Tangah, Sulawesi Utara, dan Papua, menyatakan tekad mereka menjadikan budaya sebagai perwujudan nilai kemanusiaan dan persaudaraan antar insan se-Indonesia. "Negara kita bukan negara agama, melainkan Pancasila. Menggunakan Pancasila sebagai dasar negara, berarti sikap bangsa Indonesia tidak berpihak ke mana-mana, sekalipun kepada kepentingan politik agama," kata Ratna. Ia menambahkan, persoalan indentitas yang mengemuka akhir-akhir ini dikarenakan Pancasila belum menjadi perilaku keseharian rakyat Indonesia dan masih berada dalam pikiran elit semata. "Sumpah Pemuda tinggal retorika, Lagu Indonesia Raya menjadi romantisme ritual kenegaraan. Untuk itu negara dan pamerintah bertugas menjaga proses ketatanegaraan dengan Pancasila sebagai rumah di mana kebhinekaan terlindungi," ujarnya. Berdasarkan hal tersebut mereka menyampaikan empat tuntutan, yakni agar semua pihak kembali menghormati bahwa konstitusi dasar yakni Pancasila, adalah kontrak sosial yang tidak bisa ditawar. Kedua, kebhinekaan adalah harga mati untuk menjaga proses kreativitas bangsa. Ketiga, bahwa forum kebudayaan yang harus terus dihidupi adalah pluralisme dan toleransi pada ke-Indonesia-an yang majemuk, tidak boleh politik atau agama, atau monopoli tafsir yang menghianati kemajemukan bangsa. Sedangkan tuntutan terakhir rakyat harus merebut Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, konstitusi negara dari tafsir pemerintah dan penguasa, maupun kepentingan sempit lain untuk dikembalikan kepada rakyat Indonesia. Dalam aksi kali ini mereka merencanakan bentuk karnaval budaya untuk merayakan kebhinekaan budaya Indonesia. Mereka berkumpul sekitar pukul 11.00 WIB di sekitar air mancur Bundara HI yang kering karena sedang dikuras itu. Di lokasi itu mereka mendirikan panggung yang rencananya akan menampilkan beberapa pertunjukan kesenian seperti organ tunggal, Tari Cokek Betawi, pembacaan puisi, musikalisasi puisi, dan beberapa pentas musik lain. Aliansi Bhineka Tunggal Ika telah menyampaikan sikap penolakan terhadap Rancangan Undang-undang (RUU) Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP) seperti yang mereka nyatakan pada aksi mereka sebelumnya Sabtu, 22 April.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006