Sleman (ANTARA News) - Upacara adat dan kirab budaya Saparan Bekakak yang digelar masyarakat Desa Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat sore, tetap berlangsung meriah meskipun berlangsung dalam suasana hujan deras.
Ribuan masyarakat memadati tepi jalan yang dilalui kirab budaya mulai dari Jalan Wates, Gamping Sleman hingga mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas di ruas jalan nasional tersebut.
Ribuan warga juga memadati lapangan Ambarketawang, Gamping tempat prosesi kirab dimulai hingga ke Gunung Gamping.
Masyarakat sangat antusias menyaksikan kirab budaya yang melibatkan bregada utama, yaitu Bregada Mejing Kidul, Delingsari, Gamping Kidul, Gamping Lor, dan berbagai breagada dan peserta kirab budaya menuju petilasan di Gamping Kidul dan petilasan Gunung Gamping di Tlogo untuk dilakukan penyembelihan bekakak.
Kirab budaya juga diwarnai dengan pasukan Ogoh-Ogoh, `Gendruwo` dan `Wewe Gombel.
Ketua Panitia Saparan Bekakak Frans Haryono, mengatakan prosesi upacara adat diawali pada Kamis sore 27 Desember 2012 pukul 08.00 -- 17.00 WIB dengan pembuatan bekakak yakni boneka dari nasi ketan berisi "juruh" (gula merah cair) di rumah Dukuh Gamping Kidul.
"Pada malam harinya dilanjutkan dengan pengambilan air Tirto Dono Jati dari Umbul Tlogosari Gunung Gamping yang dipimpin Lurah Magersari yang diikuti Santri Kanigoro, Kelompok Slawatan dari Watulangklah, prajurit bregada pembawa Tirto Dono Jati dari Mejing Kidul, serta prajurit putri," katanya.
Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo mengatakan bahwa upacara adat Saparan Bekakak merupakan event besar yang telah masuk dalam kalender even Kabupaten Sleman maupun Provinsi DIY.
"Bahkan gaungnya sudah menasional, sehingga kehadirannya sangat dinanti-nantikan warga Yogyakarta dan Jawa Tengah, bahkan wisatawan luar daerah serta mancanegara yang sedang berada di Yogyakarta," katanya.
(V001)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012