Yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian...
Manado (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait dengan suhu panas yang melanda Indonesia, khususnya Sulawesi Utara (Sulut) belakangan ini.
"Sinar UltraViolet (UV) merupakan bagian gelombang elektromagnetik dari energi radiasi matahari. Secara umum sinar UV yang mencapai permukaan bumi akan dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya posisi semu matahari dan tutupan awan (semakin banyak awan maka sinar UV yang sampai ke permukaan bumi akan semakin kecil)," sebut Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Molle, di Manado, Selasa.
Setiap wilayah di Indonesia mempunyai nilai Indeks UV masing-masing sesuai yang diprakirakan dan diinformasikan oleh BMKG.
"Cuaca dengan suhu yang panas di wilayah Sulut dalam beberapa hari yang lalu khususnya di pertengahan April 2023 salah satunya disebabkan oleh pola divergensi angin atau peleburan massa udara di sebagian besar Sulut, yang sederhananya berdampak pada pertumbuhan dan tutupan awan sangat kecil terjadi di pagi-siang hari," jelas Ben.
Kondisi demikian mempengaruhi suhu maksimum harian yang terukur di lima lokasi pengamatan BMKG di Sulut cukup tinggi yaitu pada kisaran 32-34 derajat Celsius dan 35 derajat Celsius di kabupaten kepulauan.
Baca juga: BMKG: Fenomena suhu panas di Indonesia mulai turun
Ia juga menjelaskan terkait berita gelombang panas di Indonesia akhir-akhir ini. Menurut World Meteorological Organization (WMO), lanjutnya, gelombang panas atau dikenal dengan heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut, dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celsius atau lebih.
Fenomena gelombang panas ini, kata dia, biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika.
Secara dinamika atmosfer hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama.
Secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi. Selain itu wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat.
Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas.
Baca juga: BMKG: Dinamika atmosfer salah satu penyebab Indonesia alami suhu panas
"Yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya dipengaruhi seperti pada penjelasan di atas," katanya.
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum tanggal 17 April 2023 tercatat 37,2 derajat Celsius terjadi di Ciputat, Tangerang Selatan.
Perubahan suhu maksimum harian dapat terjadi dalam skala waktu harian bergantung pada kondisi cuaca di suatu wilayah.
Saat ini wilayah Sulut masih berada pada masa peralihan dengan karakteristik perubahan cuaca cepat terjadi, dimana pagi hari cenderung cuaca cerah kemudian siang-sore dapat terjadi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir secara sporadis/tidak merata dan berpotensi angin kencang secara tiba-tiba.
"Masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang demikian. Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi cuaca terkini, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam," ujar Ben.
Baca juga: Kemenkes berbagi tips menjaga tubuh tetap sehat di tengah cuaca panas
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023