Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, mengatakan saat ini tenaga SAR (Search and Rescue) sudah relatif tidak dibutuhkan untuk mencari korban gempa di Yogyakata, yang kini sangat diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat Yogya adalah percepatan pemulihan (recovery) dan rekonstruksi. Sultan HB X mengatakan hal itu ketika menerima Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP dan rombongan yang menyerahkan bantuan Pemprov Lampung untuk para korban gempa Yogyakarta, di Kepatihan atau kantor gubernur DIY di Yogyakarta, Jumat petang. Gubernur Sjachroedin menyebutkan, hingga kini jumlah bantuan yang dihimpun Pemprov Lampung dan sudah disalurkan ke Yogyakarta mecapai sekitar Rp1,5 miliar, dan masih akan terus bertambah. Sri Sultan menjelaskan lebih lanjut, keberadaan tenaga SAR sekarang sudah mulai tidak dibutuhkan, termasuk tenaga SAR asing. "SAR dari Malaysia hari ini kembali ke negaranya, dan kemungkinan SAR Jepang juga kembali besok (Sabtu)," kata Sultan lagi. Bahkan keberadaan rumah sakit darurat asing, seperti dari Amerika Serikat juga kurang bermanfaat, mengingat salah satu kesulitannya para korban yang sudah dirawat di rumah sakit tertentu tidak mau dipindahkan dengan alasan jauh dan lainnya. "Penanganan korban bencana di Aceh dengan di Yogya sangat berbeda. Kalau di Aceh korban langsung bisa dikumpulkan, tapi di Yogya mereka tidak mau dan memilih tinggal di dekat rumahnya walaupun di tenda, karena rumahnya hancur," kata Sultan pula. Sultan juga mengemukakan, pada Kamis (1/6) malam ia telah menyampaikan kepada pemerintah (Presiden dan Wapres) tentang perlunya dilakukan percepatan penanganan pemulihan dan rehabilitasi korban gempa Yogya. "Rencananya pada Senin (5/6) depan Bapak Wakil Presiden akan ke Yogya, mudah-mudahan dalam minggu depan sudah bisa mulai dideklarasikan langkah rehabilitasi dan pola apa yang akan diterapkan," kata Sultan lagi. Namun Sultan juga mengatakan, sejauh ini pihaknya tetap megharapkan agar penanganan pemulihan bangunan fisik para korban tetap dilakukan oleh pemerintah setempat, agar terjadi keseragaman, bukan malah timbul kecemburuan. "Tidak menutup kemungkinan korban yang rumahnya rusak dibangun jadi bagus (tembok), sementara tetangga sebelahnya yang tidak jadi koban tetap rumahnya tetap geribik, sehingga timbul kecemburuan," kata dia.Pada kesempatan itu Sri Sultan juga menyampaikan terimakasihnya kepada para donatur baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk dari daerah-daerah kepada para korban yang masih terus berdatangan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006