Khartoum (ANTARA) - Tentara AS dan Inggris telah mengevakuasi staf kedutaan besar dari Sudan, sementara negara-negara lain bergegas mengeluarkan warga mereka negara itu ketika pertempuran meletus di ibu kota Khartoum pada Minggu (23/4).
Para pejabat AS mengatakan pasukan khusus mereka mengevakuasi kurang dari 100 orang pada Sabtu (22/4) dalam operasi yang memakan waktu kurang dari satu jam di Sudan.
"Tak satu pun peluru ditembakkan dan kami berhasil masuk dan keluar tanpa masalah," kata Letjen Douglas Sims.
Konflik bersenjata sejak delapan hari lalu antara militer dan milisi Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah memicu krisis kemanusiaan yang merenggut nyawa 420 orang dan membuat jutaan lainnya terlantar tanpa mendapatkan kebutuhan pokok.
Saat masyarakat berusaha melarikan diri dari kekacauan itu, negara-negara asing mulai mengevakuasi warga mereka dari Khartoum. Beberapa warga asing terluka.
Baku tembak terdengar di seluruh kota dan asap hitam terlihat membubung di udara, menurut reporter Reuters.
Pemerintah Prancis mengatakan sebuah pesawat yang mengangkut seratusan orang, termasuk delegasi Uni Eropa dan sejumlah warga negara lain, telah diterbangkan ke Djibouti dan satu pesawat lainnya akan lepas landas.
Pihak-pihak yang bertikai saling menuding atas serangan terhadap konvoi evakuasi Prancis, yang melukai seorang warga negara itu.
Militer Sudan, sementara itu, menuduh RSF menjarah konvoi Qatar yang menuju kota pelabuhan Port Sudan. Seorang warga Irak tewas dalam pertempuran dan Mesir mengatakan seorang diplomatnya terluka.
Upaya evakuasi warga asing membuat frustrasi sejumlah warga Sudan. Mereka menganggap pihak-pihak yang bertikai tidak memedulikan keselamatan penduduk setempat.
"Evakuasi warga asing membuat saya kesal karena saya lihat ada beberapa konvoi yang dibantu tentara dan RSF, sementara kami terus terkena (imbas pertempuran)," kata Alsadig Alfatih, seorang warga setempat.
Pada Minggu, Alfatih berhasil meninggalkan rumahnya sejak pertempuran meletus dan dia mengaku akan pergi ke Mesir.
Militer Sudan mengatakan pihaknya berkoordinasi dengan AS, Inggris, Jerman, dan Prancis dalam operasi evakuasi di Wadi Sedna, pangkalan udara di Khartoum utara.
Qatar dan Yordania mengevakuasi warga mereka lewat jalur darat menuju Port Sudan, kata militer.
Kanada juga telah mengeluarkan diplomatnya dan berusaha membantu staf lokal, kata Perdana Menteri Justin Trudeau.
Mesir, India, Nigeria, Libya, dan negara-negara lain mengatakan sedang berusaha memulangkan warga mereka.
Pertempuran di Khartoum dan beberapa daerah lain di Sudan meletus pada 15 April, empat tahun setelah otokrat Omar al-Bashir yang lama berkuasa digulingkan.
Tentara dan RSF berkomplot melakukan kudeta pada 2021, tetapi gagal berunding untuk memadukan kekuatan dan membentuk pemerintahan sipil.
Pertikaian politik itu berubah menjadi pertempuran, merusak rencana pemulihan kekuasaan sipil, dan mendorong Sudan ke tepi jurang krisis kemanusiaan.
Konflik bersenjata juga memicu kemungkinan masuknya campur tangan asing.
Di luar Khartoum, kekerasan terparah dilaporkan terjadi di Darfur, sebuah wilayah di bagian barat Sudan yang berbatasan dengan Chad. Di wilayah itu, 300.000 orang tewas dan 2,7 juta lainnya mengungsi akibat konflik sejak 2003.
Militer Sudan pimpinan Abdel Fattah al-Burhan dan RSF pimpinan Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti) hampir setiap hari melanggar gencatan senjata yang telah disepakati, termasuk selama perayaan Idul Fitri.
Sebuah video memperlihatkan Hemedti dalam pakaian tempur sedang berada di atas mobil pikap dan dikelilingi para tentara yang menyorakinya di dekat istana kepresidenan di Khartoum.
Pada Senin, Burhan mengatakan dirinya bermarkas di kantor pusat tentara di Khartoum tengah, sekitar 2 km dari istana.
Pertempuran terus berlanjut di sekitar kantor itu, bandara yang telah ditutup, dan Bahri, daerah tempat tentara menyerang pasukan RSF di darat dan dari udara.
RSF mengatakan pada Minggu pasukannya jadi sasaran serangan udara di Distrik Kafouri, Bahri, dan bahwa puluhan orang tewas dan terluka.
Pasukan RSF dikerahkan ke jalan dan jembatan di seluruh ibu kota, sedangkan tentara terlihat di beberapa tempat di Omdurman, kata reporter Reuters. Beberapa permukiman terlihat sepi dari aktivitas sehari-hari.
Di Bahri, video memperlihatkan kebakaran di sebuah pasar besar. Penduduk dilaporkan menjarah di distrik tersebut, yang ditempati zona industri berisi beberapa penggilingan tepung.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Ghebreyesus menyebutkan adanya serangan mematikan terhadap fasilitas-fasilitas kesehatan.
Menurut dia, paramedis, perawat, dan dokter sering tidak bisa menjangkau korban yang terluka, dan begitu pula sebaliknya.
WHO mengunggah ulang informasi dari Kementerian Kesehatan Sudan pada Minggu yang mengatakan bahwa sejauh ini sedikitnya 420 orang telah kehilangan nyawa dan 3.700 lainnya terluka selama pertempuran.
Sumber: Reuters
Baca juga: Gencatan senjata gagal di Sudan, pertempuran berlanjut
Baca juga: Menlu: 538 WNI dievakuasi dari Sudan melalui Jeddah
Pusat Resolusi Konflik, selesaikan perebutan air di Sudan
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023